Perginya Sosok Alvian

77 16 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

***

"Jangan kaya gini lagi, Al. Lo bisa mati, kalau lo terus-terusan datang ke rumah gue."

Gadis bernama Dinda menatap sendu laki-laki yang ada di hadapannya.

Sungguh, Dinda merasa bersalah kalau Alvian terus-terusan datang dan mencoba untuk menyelamatkan dirinya dari amukan sang Ibunda.

"Gue gak akan kaya gini, kalau lo---"

"Apa? Lagian lo tau sendiri, kalau Bunda gue itu gak ada perasaan. Hatinya udah beku, Al. Anaknya aja gak pernah dianggap, apalagi lo yang bukan anaknya," bentak Dinda.

Laki-laki bernama Alvian tersenyum tipis, ia menarik Dinda lalu membawa gadis itu ke pelukannya.

"Gue tau, Din, tapi gue nggak bisa."

"Jangan nyuruh gue berhenti, sebelum gue yang bakal berhenti sendiri, Din. Lo percaya sama gue, kan?" tanya Alvian.

"Berhenti aja, gue lebih gak suka lihat lo dipukuli kaya gini," kata Dinda.

"Gue gak bisa, Dinda!"

"Kenapa, Al? Lagian lo juga lagi sakit, 'kan? Jadi---"

"Mata lo eror, makanya selalu lihat gue sakit," ujar Alvian tertawa pelan.

Ingin sekali Dinda memukuli Alvain, tetapi ia tidak bisa melakukannya.

"Terserah lo deh, Al. Gue 'kan kambing!"

***

Seminggu kemudian ....

Selama itu, ada yang berbeda dari Alvian. Wajahnya pucat, bibirnya juga sangat kering. Dinda sudah bertanya berkali-laki, tetapi Alvian selalu menjawab dengan senyuman.

Aneh, Alvian sangat berbeda dari biasanya. Laki-laki itu semakin pendiam, bahkan dia juga lebih sering izin untuk pergi ke perpustakaan.

"Al, lo beneran gapapa?" tanya Dinda menatap wajah lemas Alvian.

"Gue gapapa, Din. Gue cuma kebanyakan begadang," jawab Alvian tersenyum tipis.

"Bohong lo, 'kan?"

"Gue emang sering begadang, Dinda. Tanya Agus, dia temen gue begadang tadi malam," ucap Alvian menjelaskan

"Agus musuh lo, Al. Gue tau itu," kata Dinda.

"Kita jadi musuh pas di sekolah doang. Kalau di luar sekolah, kita berdua itu biasa-biasa aja."

"Lo pembohong!" bentak Dinda.

"Gue gak peduli! Kalau masih kurang percaya, tanyain langsung sama Agus. Kalau lo masih gak percaya, gue gak tau harus ngapain lagi."

"Terserah! Gue juga gak peduli," ujar Dinda lalu pergi meninggalkan Alvian.

Alvian terdiam, ia menatap punggung Dinda yang semakin lama semakin menjauh.

***

Jam setengah lima pagi, Dinda sudah terbangun dari tidurnya. Perempuan itu segera bergegas untuk ke rumah Alvian. Selain mendapat kabar kalau orang tua Alvian telah pulang, perempuan itu juga mengetahui satu hal. Yaitu, kalau hari ini adalah hari ulang tahun Alvian.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang