⬆️ Hari Pertama Naik Kelas Enam ⬆️

119 14 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri. Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

•••

Hari ini adalah hari yang tidak jauh beda dari hari sebelumnya. Ibuku membangunkanku saat matahari belum menampakkan sinarnya. Beliau dengan sabar membujukku untuk bangun. Ibuku sangat perhatian kepadaku, beliau sungguh menyayangiku dengan tulus.



Dengan rambut yang masih basah, ibuku perlahan memanggil dan menepuk pundakku dengan lembut. "Nak ...! Bangun, hari ini hari senin, kamu harus berangkat ke sekolah, hari ini hari pertama kamu masuk sekolah di kelas enam, 'kan?"



Kondisiku masih setengah tidur, mataku belum mampu kubuka, tetapi aku bisa merasakan keberadaan ibu di sampingku. Aku merasakan aroma wangi sampo yang kami beli kemarin di pasar minggu.



"Bangun, Nak ...!" Ibuku memanggilku lagi.



Perlahan aku membuka mata. "Iya, Ma ...," lirihku sembari melihat ibuku. "Mama sudah mandi?" tanyaku.



"Iya," jawab ibuku. "Nanti kamu langsung, mandi, ya. Airnya sudah mama siapkan," sambungnya lagi.



Aku duduk perlahan, kemudian berdiri dan mengambil handuk untuk segera mandi, sementara ibuku mulai memasak untuk sarapan pagi ini.



Sembari berjalan menuju kamar mandi, di ruang tengah aku melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 04.27 Waktu Indonesia Tengah.



Setelah selesai mandi, aku masuk ke kamarku untuk memakai seragam merah putih yang berkastok rapi di dalam lemari, ibukulah yang telah menyetrika seragam ini kemarin sore.



Aku memakai seragam itu secara perlahan untuk memastikan pakaianku tetap rapi. "Hari ini aku sudah naik ke kelas enam dan kelas enam akan tampil menjadi petugas upacara," gumamku.



Setelah selesai sholat subuh serta sarapan, aku memakai kaus kaki berwarna putih dan sepatu hitam lalu berangkat berjalan kaki menuju ke sekolah dasar tepat pukul 06.40 Waktu Indonesia Tengah. Lonceng di sekolah akan berbunyi pada pukul 07.30 Waktu Indonesia Tengah.



Ketika sampai di sekolah, aku menuju kelas dengan palang nama kecil di pintu kelas yang bertuliskan angka romawi "VI" yang menandakan kelas enam. Beberapa teman sekelasku sudah datang dan menguasai kursi barisan depan.



Setelah meletakkan tas di kursi yang terletak di tengah-tengah, aku duduk sejenak melepas lelah setelah berjalan kaki cukup jauh dari rumah ke sekolah. Aku mengambil topi merahku dan memakainya.



Di sekolah ini, aku sering mendapat ejekan sejak kelas satu hingga kelas lima, sebab hanya karena seseorang yang satu kelas denganku tidak menyukaiku, maka dia mempengaruhi teman-temannya untuk turut tidak menyukaiku. Mereka mengejekku, mereka tidak menyukaiku karena mereka menganggapku jelek.



"Siapa juga yang mau berteman dengan orang jelek sepertiku, semoga saja aku cepat lulus dari sekolah ini," batinku.



Ketika lonceng berbunyi, para guru mulai menyebar di lapangan sekolah. Setiap wali kelas mengarahkan murid-muridnya untuk mengikuti upacara bendera merah putih yang diselenggarakan setiap hari senin.



Pak Rahmat yang merupakan wali kelas enam juga turut membimbing kami untuk bersiap karena senin ini kelas kami mendapat giliran tugas menjadi petugas upacara.



Teman-teman sekelasku masing-masing mengambil posisi, ada yang memegang bendera, ada yang memegang teks UUD, teks Pancasila, teks doa, teks janji siswa, dan lain sebagainya. Sementara aku tidak memegang apa pun karena aku hanya sebagai paduan suara.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang