Perpisahan yang Menyakitkan

169 4 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata dari penulis. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, latar, tempat, alur, dan lain lain.

Selamat membaca, selamat menikmati dan semoga suka.
Terima kasih.

***

Ada seorang perempuan yang bernama Ana Salsabila sedang memikirkan sang kekasih yang bernama Muhammad Ilham Al-Farizi.

Suatu ketika, Ana bertemu dengan Ilham, di salah satu tongkrongan, dan di tongkrongan tersebut ada satu cowo yang selalu manggil nama Ana. Awalnya, Ana tidak merespon, tetapi beberapa minggu Ana mencoba merespon panggilan dia dan berakhir dekat, timbullah perasaan dan mereka menjalin hubungan.

"Sayang, jangan pergi tinggalkan aku, ya, aku sangat takut kehilanganmu, aku berharap kamu tidak pergi, aku tidak tahu bagaimana jika kamu pergi dari hidupku," lirih Ana sambil menyender di bahu Ilham.

"Iya, aku gak akan tinggalkan kamu, aku janji akan selalu bersamamu sampai nanti," ucap Ilham sambil mengelus kepala yang dibaluti oleh kerudung.

"Maaf, ya, belum bisa jadi yang terbaik." Ilham tersenyum, lalu menghadap Ana dan menatap mata Ana.

"Sayang, dengar, ya. Kamu itu udah menjadi yang terbaik, ini sudah lebih dari cukup kok buat aku bahagia, menurut aku ini versi terbaik kamu untuk aku dan kamu selalu support membuatku bahagia dengan caramu yang sederhana. Jangan pernah berubah, ya, cantik, tetap jadi cantiknya aku." Ana mengangguk bahagia, dia sangat beruntung bisa mendapatkan lelaki seperti dia.

"Jika kamu mencintai orang lain, bilang, ya, sama aku, biar aku yang mundur." Seketika jari telunjuk Ilham menempel di bibir Ana.

"Sutt, Aku ga suka kamu bilang gitu, hati aku sakit, loh, dengar kamu bilang gitu," ucap Ilham.

"Maaf," lirih Ana sambil menunduk.

"Ya, gak papa, kok, lain kali jangan bilang gitu, ya." Ana mengangguk.

"Yuk, pulang, sudah sore," ucap Ilham.

Mereka pun langsung pulang dan sebelum itu Ilham mengantarkan Ana ke rumahnya. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, mereka sampai.

"Aku masuk, ya, kamu hati-hati di jalan, jangan ngebut." Ilham tersenyum lalu mengangguk.

Di sisi lain.

Ilham pun telah sampai di rumah. Namun, anehnya, kenapa ada mobil lain, tetapi dia tak menghiraukannya. Setelah masuk, Ilham pun terkejut bukan main, di dalam rumahnya ternyata ada perempuan seumuran dirinya.

"Assalamu'alaikum, ada apa ini, kok sampai ada tamu?" tanya Ilham dengan bingung.

"Wa'alaikumussalam," balas mereka.

"Eh, Nak Ilham sudah pulang. Sini, Nak, duduk sama tante," ucap Intan—Ibu cewek bernama Sinta, mau gak mau dia harus nurut.

"Bun, ada apa?" tanya Ilham.

"Mereka datang mau menjodohkan dirimu sama anaknya teman bunda."

Deg!

"Bunda! Kan, aku udah punya pacar, kenapa bunda ingin menjodohkan aku dengan orang yang gak aku kenal," ucap Ilham.

"Kamu kenapa, sih, harus pacaran sama orang miskin. Bunda malu sama teman Bunda, apalagi hubungan kamu 2 tahun," marah Anggun.

"Tapi, Bun, aku sangat sayang sama dia, kenapa Bunda harus benci dia, sih. Hanya karena dia ga punya apa-apa, Bunda rela menjodohkan aku dengan orang yang ga di kenal. Sekali aja Bunda lihat sisi baiknya dia, pasti Bunda suka," ucap Ilham dengan nada marah.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang