Ghosting

35 4 0
                                    


Cerita ini hasil pemikiran nyata dari penulis. Mohon maaf apabila ada kesaamaan nama, tempat, latar, dan lain-lain.

Selamat membaca dan selamat menikmati. Semoga suka. Terima kasih.

* * *


Dug!

Bola basket itu mengenai kepala Anya, membuat sang empunya kesakitan.
Dari lapangan sana seseorang berlari ke arah gadis yang ada di pinggir lapangan.

"Sorry, gue gak sengaja," ucap lelaki dengan memakai baju basket tersebut.

"Iya gak papa," balas Anya seraya memegang kepalanya yang terasa masih pusing.

"Ke UKS aja, yuk? Kayaknya lo pusing, ya?" tebak Devan tepat sasaran.

Anya menggelengkan kepala dan menurunkan tangannya dari atas kepala. "Enggak kok, cuma pusing dikit aja, tapi beneran gak papa kok," jawab Anya penuh keyakinan.

"Yaudah kalo gitu, lain kali hati-hati ya,"
kata Devan tersenyum tipis pada gadis di depannya.

"Iya, yaudah gue ke kelas dulu ya," pamit Anya, lalu melangkahkan kakinya. Namun, sebelum ia pergi, Devan mencekal tangan Anya, membuat gadis cantik itu menoleh seraya mengernyitkan dahi.

Devan memajukan tubuhnya dan memandang wajah Anya sangat dalam. Tangan kekarnya terangkat dan memegang kedua pipi tirus milik Anya. Anya yang diperlakukan seperti itu terkejut, dan jantungnya berdegup dengan kencang.

Lelaki itu memajukan kepalanya tepat di dekat telinga Anya, dan berbisik, "Lo cantik."

Pipi Anya berubah menjadi merah merona. Ia langsung menundukkan kepalanya karena takut dilihat oleh Devan kalau sekarang pipinya berubah menjadi merah padam.

"Loh, kenapa nunduk?" tanya Devan
menaikkan sebelah alisnya.

"Em, gak papa," jawab Anya gugup.

Devan mengangkat dagu gadis itu, ia terkekeh pelan karena melihat wajah Anya yang semakin memerah. Anya langsung menutup kedua matanya karena malu.

"Pipi lo merah tuh," sindirnya.

Deg!

Ingin sekali ia menghilang dari sini sekarang juga karena dibuat malu seperti ini. Anya membuka kedua matanya dan memegang kedua pipi tirusnya. "E-enggak kok," elaknya.

"Dev, gue ke kelas dulu ya, dah ...." Anya langsung berlari ngacir dari hadapan Devan.

Lelaki itu memandangi punggung Anya yang sudah jauh. Ia menyilangkan tangannya di depan dada. "Boleh juga tuh."

••••

Sejak kejadian di lapangan itu, Anya dan Devan semakin dekat. Walaupun memang mereka sudah kenal lama di sekolah, tetapi hanya teman biasa saja yang ketika ada kepentingan saat berbicara. Namun, seminggu ini hubungan mereka berbeda dari sebelumnya, dari sikap cowok itu memperlakukan Anya dengan baik seperti pasangan kekasih saja. Padahal mereka belum jadian. Contohnya saat ini, Devan memberikan air mineral untuk Anya yang sedang olahraga, karena hari ini jam pelajaran SBK kelas XII IPS 1.

"Makasih ya, Dev, udah beliin air," ucap Anya setelah meminum setengah air mineral itu.

Mereka berdua sedang duduk di pinggir lapangan, karena Anya telah selesai berolahraga.

"Iya, sama-sama, Anya Sayang," balas Devan seraya mengacak rambut Anya sebentar.

"Dev, jangan panggil 'sayang' dong!" protes Anya sambil memegang botol lemineral.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang