Gadis Luka

80 3 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata dari penulis. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, latar, tempat, alur, dan lain lain.

Selamat membaca, selamat menikmati dan semoga suka.
Terima kasih.

***

Denting jam itu terus berbunyi menandakan hari semakin larut. Namun, gadis kecil itu masih senantiasa berkelahi dengan pikirannya yang membuat ia tidak bisa tidur. Ada banyak hal yang belum bisa ia temukan jawabannya, terlebih lagi tentang saudara tirinya yang terus menuntut ingin dekat dengan Guandra-pacar Shakayla.

Namanya Shakayla Nafeeza Bratadikara dipanggil akrab Shaka maupun Kayla. Sosok cewe yang dingin, selalu mengalah, dan dituntut serba bisa oleh keluarganya. Semenjak ibunya meninggal, papanya selalu pilih kasih akan dirinya dan saudara tirinya si Syachira. Ia telah merebut semuanya termasuk satu-satunya sosok yang ia punya. Ia bahkan tak mengharapkan ada pengganti sosok Ibunya kepada Tuhan. Akan tetapi, Tuhan berkata lain.

Gadis itu menidurkan tubuhnya di ranjang, menatap langit-langit kamar dan mencoba untuk memejamkan mata sembari mengkhayal.

'Mengkhayal lebih indah daripada kenyataan yang sesungguhnya,' batin Shaka.

Tak terasa matanya mulai sayu dan ia pun tertidur bersama khayalan yang mungkin tak pernah menjadi nyata.

***

Kring!

Alarm itu berbunyi dan berusaha mengusik Shaka. Shaka pun akhirnya menyerah dan memilih bangun. Hari ini adalah hari Senin, seperti biasa ia pergi tanpa sarapan. Ia hanya meninggalkan sepucuk surat yang ia tulis sebagai ucapan izin dia sudah pergi ke sekolah. Berbeda dengan saudara tirinya yang masih nyenyak dengan tidurnya.

'Sepertinya aku akan naik sepeda saja, lebih tenang dan bebas juga, lagian sekolahku tak begitu jauh, hitung-hitung olahraga lah,' pikirnya.

"Kay! Kayla!" Terdengar suara seseorang samar-samar di telinga Shaka. Ia menghentikan sepedanya sejenak, sambil menoleh ke belakang dan ia menemukan sosok pria yang tak lain adalah Akhtar. Kakak kelas yang hampir tiap harinya selalu berpapasan ketika pergi sekolah. Muhammad Akhtar Ardiansyah, sosok lelaki yang baik, dewasa, dan suka menolong .

"Eh, Kak Akhtar, kirain siapa tadi yang manggil."

"Ahaha iya, Kay, tadi gak sengaja waktu mau keluar liat Kayla, jadi Kakak panggil aja sekalian bareng perginya, gapapa 'kan?"

"Gapapa dong, Kak, lagian kita satu arah dan satu sekolah juga."

Mereka pun sampai di sekolah. Seperti biasa, mereka memarkirkan sepeda di parkiran kemudian masuk ke kelas masing-masing.

"See you, Shaka," ucap Akhtar yang dibalas balik oleh Shaka.

Shaka menuju kelasnya. Sepertinya dia masih terlalu pagi untuk datang ke sekolah, ia bahkan tidak menemui satu pun temannya saat ini.

Ia berencana pergi ke kelas sebelah, kelas Guandra, kelas sang kekasih yang bisa dibilang jadi alasan dia bertahan. Namun demikian, Guandra masih tidak mengetahui tentang sosok ibu tiri dan saudara tirinya itu.

"Pagi cantiknya Andra, melamun aja hm. Emang mikirin apa? Aku 'kan?" ledek Guandra mendekati Shaka.

"Kamu mah geer, siapa juga yang mikirin kamu, tuh liat anak kucing."

"Mana ada di sekolahan anak kucing, Shaka, ngaku aja udah. Gantengnya Shaka udah di sini lho, gak usah melamun lagi kali."

Shaka dan Guandra pun sibuk berbincang sembari tertawa kecil. Namun, itu tidak bertahan lama karena Shaka dipanggil Akhtar untuk membantunya membereskan perpustakaan sekolah.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang