Not For Me

44 2 0
                                    


Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada kesamaan nama, tempat, latar, dll.

Selamat membaca dan selamat menikmati cerita ini. Semoga suka dan terima kasih.

•••



F

ajar masih berselimut awan gelap saat seorang gadis imut bergigi kelinci sudah rapi dengan keranjang rotan yang ia selipkan di balik punggungnya keluar dari rumah kayu sederhana.

"Cleo, ini masih sangat pagi, bahkan ayam saja belum bangun, kenapa kau sudah mau pergi?" tanya sang nenek sambil mengeratkan syal di leher Cleo.

"Ayamnya saja yang pemalas, Nek. Sedikit lagi matahari juga terbit. Nenek jangan khawatir berlebihan. Tidak akan ada hewan buas yang memakan kelinci manis sepertiku," ujarnya narsis yang membuat sang nenek terkekeh ringan.

"Kau ini ada-ada saja."

Cleo adalah anak yatim piatu yang dirawat neneknya sedari kecil, mereka berdua tinggal di sebuah gubuk kecil di bawah kaki gunung.

Langkah kakinya ia ayunkan dengan riang seolah ia adalah seekor kelinci yang bisa melompat ke sana ke mari tanpa takut terjatuh. Obor yang sedari tadi ia pegang pun, ia matikan saat sang surya mulai menampakkan cahayanya. Senyuman secerah fajar pun terlukis indah di wajahnya saat tanaman obat yang ia cari-cari ia temukan. Ia langsung memetiknya.

Beginilah rutinitas Cleo setiap pagi, ia akan mencari tanaman obat untuk sang nenek yang sedang sakit.

Bruk!

Cleo terjatuh saat kakinya tersandung sesuatu yang cukup keras. Ia meringis pelan saat lututnya memar. Cleo menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya saat melihat seonggok tubuh terkapar tak berdaya dengan luka yang memenuhi permukaan kulitnya. Cleo menempelkan telinganya di atas dada orang itu untuk mengecek apakah dia masih hidup atau tidak.

"Dia masih hidup," gumamnya saat dia mendengar detak jantung orang tersebut.

Cleo memindahkan keranjang rotan ke depan dadanya, sedangkan dirinya sendiri berniat menarik tubuh pria itu untuk ia gendong.

"Astaga!" pekiknya saat tubuh pria itu tidak berhasil ia gendong.

"Dia benar-benar berat, padahal tubuhnya tidak gemuk. Apa dosanya sangat menumpuk hingga membuat tubuhnya begitu berat?" gerutunya.

*****
Cleo sedang mengobati luka pria itu dengan ramuan yang dia buat sendiri. Ia mengoleskan ramuan itu ke permukaan kulit yang lukanya cukup parah.

"Arghh!" Pria itu mengerang kesakitan saat lukanya yang menganga Cleo olesi.

"Tuan, kau sudah sadar?" tanyanya antusias kemudian membantu pria itu bersandar pada ujung kursi kayu.

Cleo mengambil gelas berisi ramuan dan menyodorkannya kepada pria tersebut. Namun, pria itu malah berpaling dan tidak mau meminum obat yang baginya terlihat seperti racun.

"Arthur. Namaku Arthur."

***

Sudah seminggu berlalu dan keadaan Arthur pun sudah selebihnya pulih, tetapi ia masih betah tinggal di desa ini. Nenek Cleo juga tidak keberatan akan kehadiran Arthur yang terus menumpang tinggal di rumah mereka. Kehadiran Arthur cukup membantu mereka. Arthur sering menggantikan Cleo mencari kayu bakar di hutan, ia juga pandai berburu ayam hutan.

"Kau cepat menyesuaikan diri, padahal kukira kau tidak akan bisa melakukan ini," ujar Cleo. Saat ini mereka berdua tengah mencari kayu bakar di hutan untuk persediaan selama satu minggu ke depan.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang