Aku Benci Dunia Baruku

42 0 0
                                    


Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada kesamaan nama, tempat, latar, dll.

Selamat membaca dan selamat menikmati cerita ini. Semoga suka dan terima kasih.

•••



Aku benci dunia baruku.

Semua dimulai saat ibuku menikah lagi.

Pagi hari yang cerah, aku terbangun dari tidurku karena sebuah cahaya yang masuk melewati jendela kecil kamarku.

Aku membuka mataku perlahan dan melihat bidadari cantik di depanku.

'Sangat cantik,' batinku.

Bidadari itu mendekatiku dan duduk di tepi ranjangku lalu mengusap pelan rambutku. "Bangun, Sayang, udah pagi," ucapnya dengan lembut dan sebuah senyuman tulus.

"Hoam, Mama? Aku masih mengantuk," jawabku dengan menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhku.

"Sayang, kita hari ini ada acara loh, kamu lupa? Hari spesial kita, kita akan punya keluarga lengkap lagi," ucap mamaku dengan senyuman kebahagiaan yang terukir di wajahnya.

Aku pun membuka mataku dan menampakkan diriku dari dalam selimut lalu bangun dan duduk di ranjangku.

"Kamu juga senang, 'kan? Kamu akan memiliki papa baru."

Aku hanya mengangguk dengan ekspresi wajah yang tidak bisa dijelaskan.

"Yaudah kamu siap-siap. Itu baju untuk kamu, jangan lupa di pakai, ya, anak cantiknya Mama." Ibuku keluar dari kamarku sebelum itu dia tersenyum manis padaku.

Aku melihat baju yang berada di depanku. Gaun putri berwarna merah muda, hiasan di bagian pinggangnya dengan bawahan yang mengembang. Sangat indah, bukan? Tetapi, aku menatap gaun itu datar tanpa senyuman sama sekali.

Aku pun bersiap-siap dan memakai gaun tersebut hingga hari bahagia kami tiba, lebih tepatnya hari bahagia mama.

_________________________________

Sebelas tahun berlalu, kini aku tumbuh menjadi gadis remaja dalam keluarga yang bisa dikatakan harmonis jika tak ada diriku.

Namun, ada satu hari yang bahagia selama aku bersama mereka.

"Ma, Pa, kita jadi 'kan liburan?" tanyaku di ruang tamu tengah yang di mana seluruh keluargaku berada di sana.

"Jadi dong, Sayang," jawab mamaku dengan sebuah senyuman tulus.

"Kamu siap-siap gih, kita sebentar lagi berangkat. Kedua anak Papa harus tampil cantik, ya," ujar papaku kepadaku dan adik tiriku.

"Iya, Pa," jawabku bersamaan dengan adik tiriku.

Entahlah, aku tak tahu apa yang barusan saja terjadi, rasanya seperti mimpi.

Aku dan keluarga kecilku pun berliburan keluar negeri dan kami menghabiskan waktu bersama di sana. Benar-benar bahagia, merasakan kebahagiaan dengan tulus dengan keluarga kecil ini.

Aku tersenyum melihat keluarga kecilku yang tertawa bahagia tanpa ada beban di sini, aku pun begitu.

Namun, semua itu hilang setelah aku membuka perlahan mataku dan mendapatkan diriku di ruangan serba putih.

Aku melihat tanganku yang rasanya berat sekali untuk diangkat. Aku melirik ke samping kananku dan ternyata terdapat tiang infus di sana dan sebuah cairan infus yang terhubung di punggung tanganku.

Aku melihat ke sekeliling, tetapi yang aku lihat hanyalah dinding putih. Tidak ada siapa pun di sini kecuali aku.

Ah, kenapa rasanya wajahku berat sekali, apa ini? Ternyata ada bantuan oksigen yang terhubung di hidungku.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang