Sebatas Lirik

43 2 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata dari penulis. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, latar, tempat, alur, dan lain sebagainya

Selamat membaca, selamat menikmati dan semoga suka.
Terima kasih.

***

Di sebuah kamar bernuansa ocean blue, seorang gadis tengah memandang langit-langit kamarnya sembari mencerna makna dari sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Anggi Marito yang berjudul 'Tak Segampang Itu'.

Ia mengaktifkan mode ulangi untuk lagu itu, membayangkan sosok cowok yang pernah ada di masa lalunya. Ia tersenyum getir, kala mengingat senyum cowok yang telah membuatnya jatuh sedalam-dalamnya.

Ia berpikir, sebenarnya apa yang membuat hubungan mereka berakhir? Mengapa dirinya tidak bisa melupakan cowok itu walaupun masa mereka sudah lewat hampir dua tahun lamanya? Gadis itu mengubah posisinya menjadi tengkurap, menatap layar ponselnya yang ia biarkan tergeletak di sampingnya.

Diraihnya benda pipih itu saat sebuah nada notifikasi berbunyi. Sebuah pesan WhatsApp dengan nomor yang sudah berganti nama itu muncul di sana dengan sapaan yang begitu akrab.

Gadis itu tidak membalas, ia hanya terus membaca ulang satu kata sapaan itu, 'Hai cantik'.

Tiba-tiba ponselnya berdering, gadis itu membulatkan matanya, orang yang mengirim pesan tadi menelepon. Lagi-lagi gadis itu mengabaikan panggilan tersebut. Euphoria mengelilinginya sehingga ia hanya melongo menatap sebuah nama tanpa profil.

Satu pesan lagi masuk. 'Angkat, dong.'

Saat ponselnya kembali berdering, gadis itu mengangkat panggilannya. "Halo?" Suara berat cowok di seberang sana membuat gadis itu menutup mulutnya agar tidak berteriak kegirangan. Mengapa dirinya seperti ini?

Dia menarik napas lalu mengembuskannya kembali agar dapat menetralkan detak jantungnya. "Hai, ada perlu apa?" ucap gadis itu.

"Emang gak boleh nelpon, gitu? Kayak biasa. Gue kangen lo, Za."

Gadis itu beristighfar banyak-banyak guna menyadarkan dirinya agar tidak mendadak jadi orang gila hanya karena bisa mendengar suara yang begitu dirindukannya.

"Boleh aja, sih. Tapi gue gak ikut campur kalau si 'itu' ngamuk, ya."

"Itu siapa? Jia? Dia sepupu aku, Za."

"Bukan, bukan Jia. Luna, dia pacar kamu 'kan?" ujar gadis itu tersenyum paksa, hatinya mendadak sesak setelah mengatakan itu.

Hening sesaat, dapat didengar oleh gadis itu suara helaan napas.

"Bukan pacar, Za. Dia teman satu fakultasku, dan kebetulan kemarin sempat dekat gara-gara ngerjain tugas bareng."

Gadis itu mengembuskan napas kasar. Mengapa mereka jadi membicarakan salah satu masalah yang membuat hubungan mereka kandas? Gadis itu berpikir jernih, berusaha menghapus sisa rasa di hatinya untuk cowok itu.

"Iya, iya, dia temen lo. Bisa sampaikan alasan lo nelpon gue tengah malam gini, hm?"

"Gue gak tau, Za. Gue cuma pengen nelpon lo aja. Hubungan kita kayaknya berakhir aneh banget, ya? Andai dulu gue gak ngelakuin itu, mungkin kita masih bisa sama-sama, iya 'kan?"

"Lanjut atau tidaknya hubungan kita, kalau emang udah gak sehat, ya mau bagaimana? Lagipula, waktu itu gue ngerasa kita emang gak bisa satu pemikiran, Lang." Gadis itu tersenyum tipis, menatap teduh ke arah depan, seakan-akan berbicara langsung pada cowok itu.

"Gue masih sayang sama lo, Za. Hampir dua tahun kita pisah, tapi gue bener-bener sesulit itu lupain lo."

Gadis itu terdiam.

"Haha, maaf ya, Za. Yang gue bilang tadi gak usah dipikirin. Udah dulu, ya. Good night, bii."

Panggilan itu berakhir. Lagu yang sempat berhenti tadi kembali berlanjut tepat pada bagian reff terakhir lagu.

'Mereka yang bilang kuakan dapat lebih darimu
Tak mungkin
Semua itu tak mudah oh
Kumencari penggantimu
Tak segampang itu kumenemukan sosok seperti dirimu
Oh cinta
Kau tahu betapa besar cinta yang kutanamkan padamu
Mengapa kau memilih untuk berpisah'

Gadis itu mulai menangis. Rasa sesak dalam dadanya begitu terasa, mengapa cowok itu kembali? Mengapa dia kembali di saat gadis itu benar-benar merindukannya.

Suara isakan tangisnya memenuhi kamar dengan lagu yang terus berputar. Panggilan sayang dari cowok itu kembali terdengar di akhir, sebelum panggilan terputus.

"Gue juga pengen balik, Lang. Gue juga kesiksa sama perasaan gue yang gak bisa gue hilangin buat lo! Sedalam ini gue jatuh hati sama lo, hiks."

Mencintai seseorang yang tidak ditakdirkan untuk kita, adalah cara menambah beban pikiran dan beban hati yang benar-benar menyiksa. Andai hati dan logika seorang perempuan bisa bekerja sama, gadis itu mungkin tidak akan memberikan seluruh hatinya pada seorang laki-laki yang tega membuatnya harus rela untuk pergi.

Malam ini, gadis itu menangis dengan rindu yang membelenggu. Bukan perkara jodoh sudah ditentukan, tetapi jika hati sudah memiliki tuan, tidak ada yang bisa melawan rasa itu. Karena terkadang bukan kita yang mengendalikan perasaan, tetapi sebaliknya.

Lagu itu berakhir, menyisakan suara isak tangis yang tidak kunjung reda, bersama kenangan pahit juga rindu yang membelenggu.

'Malam, bantu aku lupakan hari ini agar tidak menyimpan harap di kemudian hari,' batin gadis itu.

Aksara An_
8 Mei 2023

Penulis : Anggi Aulia

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang