Sepasang Sahabat

59 5 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata dari penulis. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, latar, tempat, alur, dan lain lain.

Selamat membaca, selamat menikmati dan semoga suka.
Terima kasih.

***

Hari ini aku menulis surat ucapan ulang tahun untuk sahabatku yang bernama Razella. Saat ini, dia sudah pindah keluar kota untuk melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atasnya sekaligus ikut orang tuanya yang memiliki tugas pekerjaan di sana. Dengan menulis surat ini, aku berharap hubungan persahabatan kami akan terus terjaga walau terpisah oleh jarak yang cukup jauh.

Kisah persahabatanku dan Zella dimulai sejak baru masuk SMP. Perbedaan kelas membuat kami baru saling mengenal setelah sekitar dua bulan bersekolah di SMP tersebut. Waktu itu, aku disuruh oleh Bu Fatma—Guru PKN untuk mengambil buku paket di ruangannya, kebetulan aku juga ingin pergi untuk mengisi tinta spidol di kantor karena jabatanku sebagai sekretaris di kelas.

"Assalamu'alaikum," ucapku.

"Wa'alaikumussalam, ada apa, Nak?" sahut salah satu bu guru yang sedang ada di kantor.

"Ini Bu, saya mau ngisi tinta spidol, sekalian mau ngambil buku paket juga di ruangannya Bu Fatma."

"Ohh iya, masuk aja, Alya." Ibu Guru mempersilahkanku untuk masuk, dengan bergegas aku masuk dan segera melaksanakan hal yang ingin aku lakukan tadi.

***

"Duh, seharusnya aku minta bantuan ke yang lain juga tadi," keluhku.

Bagaimana tidak, aku membawa cukup banyak buku, tetapi aku tidak tahu jumlah pastinya.
Aku akan kewalahan membawanya, mengingat jarak kantor dan kelasku yang cukup jauh.

"Halo, mau kubantu?" tanya seseorang dari arah belakang.

Aku menoleh dan menjawab, "Boleh-boleh, tolong bawain setengahnya, dong."

Anak perempuan itu mengambil setengah dari tumpukan buku yang kubawa, dan kami pun berjalan bersama. Di sela-sela perjalanan, ia membuka percakapan. "Ngomong-ngomong, kamu kelas berapa?"

"7B," jawabku.

"Oh, ya? Aku kelas 7C, tapi aku nggak pernah liat kamu. Tadi kupikir, kamu anak baru."

"Ohh, kelas 7C toh, aku memang jarang keluar kelas, sih. Aku keluar waktu istirahat doang, itu juga bentar aja," sahutku.

"Pantasan."

Tidak terasa, akhirnya kami sampai di kelasku.

"Lho, ada Zella," tegur Bu Fatma.

"Hehe, iya Bu, saya bantu dia bawa buku-bukunya." Ohh, namanya Zella rupanya, pikirku.

"Terima kasih ya, Zella. Kamu udah bantu Alya bawa buku-bukunya," ucap Bu Fatma.

"Iya, Bu. Sama-sama. Kalo gitu saya balik ke kelas saya dulu ya, Bu. Assalamu'alaikum," pamit Zella.

"Wa'alaikumussalam," sahutku dan Bu Fatma.

"Bu, saya mau nyusul Zella dulu sebentar, ya," izinku.

Bu Fatma mengangguk pelan menanggapinya.

"Zella!" panggilku.

Dia menoleh dan kulihat dia sedikit tersenyum.

"Eh, nama kamu Zella, kan?" Aku hanya memastikan, takut saja telingaku yang bermasalah.

"Iya. Nama aku Razella, kamu bisa panggil aku Zella. Kamu?"

"Aku Aralya, panggil aja Alya." Kami saling berjabat tangan, berkenalan.

"Terima kasih, ya, karena tadi kamu udah bantu aku. Maaf juga udah merepotkan," sambungku.

"Sama-sama. Nggak merepotkan, kok. Aku malah senang karena bisa bantu kamu," ujarnya.

"Oh iya, aku boleh jadi teman kamu, nggak?" sambungnya dengan pertanyaan.

"Boleh, dong. Sekarang kita teman."

Kami tersenyum, lalu dia pamit untuk kembali ke kelasnya.

***

Tidak hanya itu, selama tiga tahun itu, kami memiliki banyak kebersamaan dengan kisah yang menakjubkan, salah satunya saat dia berbagi uang sakunya denganku.

"Razellaaaaa," aku memanggil Zella yang saat ini masih mengemasi alat tulisnya. Ya, aku menjemput Zella di kelasnya untuk mengajaknya pergi ke kantin bersama.

"Sabar, Al. Orang lagi beres-beres juga," celetuk Zella.

"Laper tauu," rengekku.

"Iya iya, ini udah. Let's go!"

Sembari bergandengan tangan, kami berjalan dengan semangat menuju kantin.

"Duduk di sana, yuk!" ajak Zella saat melihat ada tempat duduk yang kosong.

Aku mengangguk dan segera mengikuti langkahnya yang terlihat begitu semangat.

"Kamu mau pesan apa, Al? Biar aku pesenin," tanyanya.

"Samain kayak kamu aja, deh."

"Oke! Uangnya?" Dengan tampangnya yang sedikit menyebalkan itu, dia menyodorkan tangannya ke arahku.

"Iya, bentar." Aku tersentak kaget merasakan saku bajuku yang kosong. Aku memukul kepalaku, lalu menggelengkannya meratapi kebodohanku.

Melihat diriku yang bereskpresi sedih, Zella lantas bertanya, "Kenapa?"

Aku menghela napas, lalu menjawab dengan lesu, "Huh, ternyata uangku ketinggalan, Zell. Tadi pagi aku memang bangun agak telat, terus buru-buru berangkat, sampai kelupaan bawa uang saku."

"Ck ck ck, kasian," selorohnya.

"Pasti tadi malam abis gadang." Aku mengangguk, membenarkan tebakannya.

"Makanya, jangan bergadang terus. Kan kamu juga yang kesiangan, kamu juga yang kesusahan."

"Tapi gapapa. Biar aku yang bayarin, aku makan, kamu juga harus makan. Kalo aku nggak makan, baru kamu nggak makan juga." Baru saja dibuat terharu dengan awal perkataan, sudah dibuat kesal dengan akhirnya.

"Tunggu di sini, aku pesenin."

"Beneran kamu yang bayarin?" tanyaku.

"Beneran, dong. Kebetulan hari ini lagi banyak uang," candanya.

"Haha, iya deh. Makasih, ya, Zella."

Akhirnya kami bisa makan bersama, dengan dia yang mentraktirku.

Tiga tahun sudah aku dan Zella memiliki tali persahabatan, menciptakan kenangan bersama dan selalu berbagi cerita bahagia maupun sedih.
Setelah kami lulus SMP, Zella dan keluarganya pindah ke luar kota. Mendengar itu, aku sedih karena akan sulit bertemu secara langsung dengan Zella. Meskipun sudah ada alat komunikasi yang canggih, tetap saja rasanya akan kurang jika tidak bisa berbagi cerita maupun bertemu secara langsung.

Dan kini, tak terasa juga aku sudah hampir selesai menempuh pendidikan SMA, sehingga aku pun berinisiatif untuk menulis dan mengirim sebuah surat untuk Zella. Sebelumnya, setiap dia berulang tahun, aku senantiasa hanya mengiriminya pesan singkat melalui email maupun aplikasi chat lainnya. Kali ini, aku ingin membuatnya sedikit berbeda dan lebih spesial, yaitu menggunakan surat.

Pada bagian akhir surat itu, aku menulis ....

[Setelah ini, bisakah kita kembali bertemu di universitas yang sama? Sungguh, aku merindukanmu, sahabatku.]

Dan aku berharap, kami bisa kembali bertemu dan menciptakan momen yang berharga lagi.

Tamat.

Kalimantan Timur, 1 Desember 2022

Nama : Alya Ysnt
Jumlah kata : 879

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang