Astrophile

92 5 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata dari penulis. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, latar, tempat, alur, dan lain lain.

Selamat membaca, selamat menikmati dan semoga suka.
Terima kasih.

***

Di malam hari yang indah, langit yang dipenuhi dengan banyak bintang dan bulan. Sangat indah dipandang mata. Aku sangat kagum dengan benda-benda yang ada di langit.

"Langit malam sangat indah sekali," gumamku. "Andai saja ada seseorang yang menemaniku melihat keindahan langit malam, pasti sangat menyenangkan," lanjutku lagi.

Malam mulai larut, aku segera masuk ke dalam rumah untuk mengistirahatkan tubuhku. Aku sangat lelah hari ini, banyak kejadian yang menguras tenaga dan emosiku.

Hari sudah pagi, matahari sudah menyusup masuk ke kamarku, aku yang masih terlelap dalam tidur merasa terganggu dengan pancaran sinar matahari pagi ini.

"Eungghh," lenguhku panjang. Sambil merenggangkan tubuhku dengan posisi masih terbaring di tempat tidur.

Aku melirik jam yang ada di atas meja kecil di samping tempat tidurku, jam menunjukan pukul 06.30 AM. Akhirnya aku bangun dan bergegas untuk mandi, karena hari ini aku harus ke sekolah.

"Seger banget habis mandi," ucapku sambil melempar handuk ke atas tempat tidur. Setelah selesai bersiap, aku pun turun ke bawah untuk sarapan bersama orang tuaku.

"Pagi, Nak!" ucap Ibuku sambil menaruh secentong nasi goreng di piringku.

"Pagi juga, Ma."

"Sarapan yang banyak, ya, Sayang. Biar kamu gak laper di sekolah," ucap Mama sambil menyodorkan segelas susu hangat kepadaku.

Aku pun meminum habis susu itu. "Ma, aku berangkat dulu, ya. Assalamualaikum," pamitku sambil mencium punggung tangan Mama.

"Waalaikumussalam, hati-hati, Ca!" balas Mama— ya, namaku Marissa, Mama memanggilku Aca. Gak nyambung, tapi itu panggilan kesayangan dari Mama.

Aku pun sampai di sekolah, bertemu dengan teman-teman, lantas menyapa mereka dengan senyuman lebar. Saat sampai di koridor kelas, mataku tertuju kepada sosok pria yang sedang mengotak-atik teleskopnya. Ya, namanya Aril, dia kakak kelas idaman banyak cewe. Dia suka Astronomi, dan dia suka mengamati benda langit menggunakan teleskopnya.

"Pagi, Kak Aril," sapaku sambil tersenyum kepadanya.

"Eh, pagi juga, Sa," balasnya kepadaku dengan sopan dan senyuman khasnya.

"Kakak lagi ngapain? Pagi-pagi udah sibuk otak-atik teleskop," tanyaku padanya sekedar basa-basi.

"Ow, ini. Aku lagi siapin buat ngamat Konjungsi Bulan dengan planet Mars," jelasnya kepadaku.

Aku yang sangat menyukai benda langit sangat antusias mendengar Kak Aril akan mengamati benda langit.

"Kak, kalau boleh tau, Kak Aril mau ngamat di mana?" tanyaku lagi karena penasaran.

"Aku mau ngamat di taman, soalnya di sana tempatnya nyaman," jawabnya memberitahuku.

"Kalau boleh, aku mau ikut, Kak. Kebetulan aku Astrophile, aku suka sama benda langit, tiap malam aku juga ke taman buat liat benda langit," ajakku kepada Kak Aril.

"Boleh banget. Em ... aku juga gak ada temen buat ngamat," jawabnya padaku.

Aku sangat senang mendengar jawaban darinya. Akhirnya, nanti malam aku tidak sendirian melihat benda langit di malam hari.

"Nanti malam aku tunggu di taman, ya. Pukul 19.00, oke," ucapnya padaku, lalu dia pergi ke kelasnya.

"SIAP, KAK!" teriakku kepadanya karena dia semakin jauh.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 19.00, aku pun telah sampai di sebuah taman tempat aku dan Kak Aril janjian.

"Kak Aril ada di bagian mana, ya?" Aku mencari-cari sosok pria itu di tengah taman yang cukup ramai dikunjungi orang.

"Marissa!" teriak seseorang dari kejauhan, ternyata dia adalah sosok yang aku cari-cari sejak tadi. Aku pun bergegas untuk menghampirinya.

"Ternyata Kak Aril di sini, aku cariin di sana gaada," gerutuku kepadanya.

"Hehe, iya. Aku di sini, Sa," jawabnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Yaudah, Kak Aril jadi ngamatnya?"

"Jadi, kok. Ini udah siap semuanya, tinggal ngamat aja. Aku nungguin kamu baru mau ngamat," ucapnya sambil tersenyum padaku.

"Kak, benda langit itu indah banget, ya. Keindahan yang Tuhan berikan selalu istimewa," gumamku padanya sambil melihat langit malam yang penuh dengan bintang-bintang dan ada bulan yang sedang berkonjungsi dengan Planet Mars.

"Iya, Sa. Benda langit itu indah banget. Apa lagi orang yang saat ini ada di samping aku," ucapnya kepadaku. Membuat kami saling bertatapan tanpa sepatah kata.

"Ih, apasih, Kak. Jangan gitu deh, aku malu," ucapku sambil memukul pelan tangan kanannya.

"Aws! Sakit. Itu bener kok, Sa. Kamu lebih indah dari benda langit di atas sana. Kamu gadis paling indah yang ada di hati aku," ucapnya lagi yang mampu membuatku tersipu malu.

"Kak, aku pengen deh jadi benda langit," ucapku sambil mendongak ke langit.

"Kenapa?"

"Biar bisa kamu amati dan kagumi setiap saat," ucapku sambil melihat wajahnya.

"Sa, jujur, ya. Aku udah kagum sama kamu itu udah lama. Tapi, aku gak berani buat ngomong ke kamu," ucapnya jujur kepadaku. Aku kaget bukan kepalang, saat mendengar ucapannya itu.

"Apasih, Kak. Becanda aja, deh," ucapku tak percaya.

"Aku serius, Sa. Aku kagum sama kamu, kita sama-sama Astrophile. Kita itu cocok, ibarat bulan dan bintang. Kita itu saling berdampingan," ucapnya.

"Sa, stay sama aku, ya. Aku mau kamu yang nemenin aku sampai aku sukses nanti, cuma kamu yang ada di hati aku," sambungnya sambil memegang kedua tanganku.

"Iya, Kak. Aku bakal stay sama Kak Aril, nemenin Kak Aril dalam keadaan apa pun," balasku sambil tersenyum.

Kami menghabiskan malam ini dengan penuh kebahagiaan. Pasalnya, orang selama ini aku kagumi ternyata mengagumiku juga.

Tamat.

Nama : Caca Irawan

Jumkat : 798

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang