#5

167 16 0
                                    

"Aku setuju".
Lisa kaget bukan main, terdengar tiba-tiba. "Setuju apa sayang...?" Pasalnya ini terlalu pagi, dan...tiba-tiba hanna berkata seperti itu di belakangnya, ya...lisa tadinya sedang memasak dan hanna mengagetkannya.

"perjodohan" singkat hanna. Lisa langsung mematikan kompornya dan langsung memandang mata hanna.

"Kalau kamu tidak mau...biar mama..yang bicara sama papa...pasti papa mengerti" ucap lisa pasti.
"Sudahlah...sebelum aku berubah pikiran...mama gak usah...buang-buang tenaga buat bertengkar sama papa" hanna langsung berlalu, lisa hanya memandang punggung lisa yang sudah tak terlihat.

"Mas amar keterlaluan..." gumamnya sambil melanjutkan kegiatan memasaknya. Mengapa lisa memasak di rumah yang besar ini apakah tidak ada pembantu? Bukan begitu, tadi pagi bi ida pergi ke pasar bersama pak irwan, untuk membeli kebutuhan rumah ini.

Jangan tanya hanna, bagaimana membuat keputusan berat ini, perjodohan? Dia bisa kan mencari pendampingnya sendiri? Apa, amar ingin merubah sifat hanna?, ini bukan salahnya kan? Ia benci pernyataan itu, bahkan amar tak berkaca lebih dulu.

Malam sebelum hanna menyetujui perjodohannya. Terlihat warna langit-langit kamar sangat menarik sekarang, hanna berbaring dan berpikir, apa ia terima saja perjodohan itu. Lebih baik ia menuruti kemauan papa kan? Apa salahnya, jika ia tak bahagia atas pernikannya ia bisa membuktikan pada papanya bahwa ia salah dan gagal....ya tuhan apa tadi, pernikahan?! Hanna masih sembilan belas tahun pastinya masih muda!, amar benar-benar!.

Berpuluh puluh menit berlalu, ia memutuskan keputusannya yang bulat. Memenuhi perintahnya, dan membuktikan keputusan ini salah besar, ia bisa saja di kecewakan oleh lelaki itu kan? Ya ia yakin, semua lelaki sama saja!

"Bagus kamu terima perjodohan itu..." di meja makan amar berkata. Apakah mama nya langsung memberitahukan pada papanya? Mamanya benar-benar, bukankah ini terlalu cepat! Menerima informasi dan langsung tersebar.

Hanna hanya diam.

"Dua bulan lagi justin akan datang ke indonesia...dia punya bisnis di prancis...dia benar-benar hebat" amar memberitahu.
Justin? Apa itu lelaki yang akan di jodohkannya, hanna sedikit mendelik.

Apa apaan ini, sepulang dari rumah june, june selalu mengirimkan nya pesan memohon. Galang jengah ia sudah putuskan tidak mau mengikuti rencana june yang tidak jelas itu, dia tidak mau terlibat akan hal yang tidak-tidak. Konyol. Sampai galang mengetik kata "ya" di chat terakhirnya dengan june, galang menyetujuinya. Dan sekarang sendirian setelah menyelesaikan mata kuliah nya, dan kemana june? Katanya ia sudah baikan, dasar anak itu mencari kesempatan saja supaya tidak masuk kelas.

Sabtu malam ia terpaksa tidak kerja lagi. Dan ya ampun bahkan june sudah membayar untuk galang cuti. Angkat tangan sajalah. Dan pamannya mengiyakan saja kemauan june ini, dan june hanya berkata lewat telfon galang malam tadi.

Setelah tidak ada kelas, galang langsung pulang ke kos an nya. Disana bajunya sudah menumpuk ia harus mencucinya, ia sudah mandiri sejak kecil terbiasa hidup sederhana tanpa mengandalkan alat-alat praktis seperti saat ini ia bisa saja pergi ke laundry, jika pergi ke sana uang sakunya berkurang. Jika ia bisa berhemat kenapa tidak.

"Hidupnya hanya berdua dengan ibunya, tapi tetap saja paman dan bibinya selalu di repotkan, ia tau bibinya kadang terlihat kesal dengan sikap ibu dan dirinya yang selalu meminta, ia sudah berusaha tapi keadaan susah selalu mengikutinya. Ia harus tegar supaya dapat membalikan keadaan yang sekarang"

Galang hanya terdiam di teras kecil kosan nya. Dan duduk di bangku single usang. Merenungkan keadaannya sekarang. Yang kadang merindukan sosok ayah dan kebahagiaan ibunya, mungkin kebahagiaan yang tak akan pernah galang temui. Tidak! Itu tidak penting, saat ini ia hanya harus bersikap tegar dan tegas bukan? Untuk kehidupan kedepannya.

HELLOfutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang