Hanna, saat ini hanya diam berbaring menatap langit-langit putih, ya memangnya apa yang ia harus lakukan, ini masih pukul 03:30 dini hari.
Air matanya terus mengalir tanpa suara, ia hilang akal sekarang ia ingin menangis sekencang kencangnya tetapi hanya tertahan di kerongkongan nya saja. Bingung....Hanna menoleh ke arah kiri, laki-laki itu masih terlelap tidur. Air matanya semakin luruh. Apa yang telah ia lakukan? Apa ia membuat kesalahan besar? Tak tahan isakan itu akhirnya terdengar hanna tak bisa menahannya. Terus saja menangis hanna kecewa pada dirinya. Bagaimana dengan mamanya?
Setelah seperkian menit hanna terus terisak akhirnya tidur galang terusik, kornea matanya langsung teralihkan pada hanna. Menangis? Galang mengerutkan keningnya.
Terdiam, dan langsung mengingat segalanya.
"Maaf" galang berkata. Ia pun bingung harus melakukan apa. Tak ada sahutan sama sekali, galang hanya melihat hanna sibuk dengan pakaian nya dan menangis, dengan tergesa hanna langsung keluar dari tempat tersebut. Galang kelabakan, apa yang gadis itu lakukan ini masih gelap dan...meninggalkannya? Ia belum mengutarakan maafnya dengan benar. Tapi apa kelakuannya ini bisa di maafkan? Galang ragu akan hal itu.
Sekarang ia harus bergegas menyusul hanna.
"Di mana dia...hhhh" hanna sudah tidak ada di area ini. Kini galang sudah di luar club. Dan kemana ia harus mencari angkutan umum di pagi buta begini. Apa ia harus berjalan selama tiga puluh menit menuju kosannya.
Apalah daya ia harus melakukan itu. Belum sepuluh menit berjalan galang melihat ada anak remaja yang sedang nongkrong di pagi buta begini dasar anak jaman sekarang. Tapi ini berita bagus, galang akan mencari bantuan.
"Dek bisa anterin saya ke kosan dekat area kampus tidak?" Galang bertanya hati-hati.
"Kalau ada duit nya sih mau" remaja itu menyahut. Galang mengiyakan uang tiga puluh ribu di kantongnya akan musnah.
Di kosan galang tidak bisa melanjutkan tidurnya walau hanya sebentar sambil menunggu subuh datang, ia terus teringat wajah hanna, ini kesalahannya, apa gadis itu baik-baik saja.
Galang langsung teringat ibunya pasti ibunya sangat kecewa apa ibunya akan memaafkanny?, ia merutuki dirinya. Ya tuhan ini kesalahan besar,ini semua juga gara-gara june bukan, seenak jidat ia meninggalkan ia dan hanna hanya berdua. Ia terus meremas rambutnya.
Soal june dimana june, tak ada kabar apapun. Galang langsung melihat layar ponselnya dan mengetikan sesuatu disana.
Tak lama adzan subuh berkumandang. Galang segera membersihkan diri.
"Pulang jam berapa kamu" to the point amar bertanya. Saat ini keluarga amar sedang sarapan pagi. Hanna hanya diam, lisa yang ada di samping hanna langsung memegang menenangkan tangan hanna yang berada di bawah meja. Lisa juga tidak tahu hanna pulang jam berapa semalam.
"Aku ke kamar" hanna tak memperdulikan ucapan amar hanya melengos pergi ke lantai atad kamarnya.
"Kamu lihat kan seperti tidak di didik anak itu" sarkas amar, lisa hanya diam dan melanjutkan sarapannya. Jika ia bicara dan membela hanna ia pasti kena semprotnya. Sudah biasa.
Usai sudah hanna mandi. Sebenarnya ia malas sekali keluar kamar dan menjalankan rutinitas mandinya, badannya terasa remuk, kepalanya sangat pusing dan area kewanitaannya begitu perih. Hanna hanya terus menangis dan berhenti menangis setelah lisa menyuruhnya untuk sarapan di balik pintu hanna bisa mendengar lisa menyuruhnya untuk sarapan, hanna hanya membersihkan wajahnya saat itu.
Yang hanna lakukan sekarang memandang awan berwarna gelap di balkon, apa hari ini akan hujan? Cuaca hari ini mengapa begitu selaras dengan hatinya. Semakin larut saja hanna mengingat kejadian semalam. Tak lama hujan terus berdatangan dengan lebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLOfuture
RomantizmJangankan untuk mengalihkan dunia mengalihkan dirimu saja ku tak bisa. Sinarnya selalu padam saat kau tak melihatku dan teriknya membuatku ingin menyerah. Tetapi saat musim hujan datang apa kau sudi berteduh di hatiku. Oh .... cinta bahkan sebelumny...