"Ngapain kamu kesini?" Sarkas Desi.
"Ah...aku kira kamu pindah dari sini" melihat ibunya seperti mengenal pria itu. Galang mengajak Hanna pergi dari sana untuk meninggalkan Desi.
Belum menjauh.
"Tunggu. Kamu benar anaknya Desi?" Tanyanya lantang. Galang otomatis terdiam dan membalikan tubuhnya kembali begitu juga dengan Hanna.
"Apa-apaan kamu mas! Sebaiknya kamu cepat pergi!" Bisik Desi di depan Hendra.
"Apa benar?" Menghiraukan ucapan Desi. Hendra semakin memajukan langkahnya.
"Iya" Galang yang bingung akan sikap pria di depan nya sekarang ini. Begitupan Hanna.
"Desi kamu bisa jelaskan sekarang" tekan pria itu. Galang memandang ibunya penasaran.
Menghela nafas gusar Desi melihat Hendra tajam.
"Sebaiknya kamu pergi" Desi mencoba sabar.
"Jawab dulu pertanyaanku kalau-"
"-Galang anaku" cicit Desi di hadapan Hendra. Otomatis Hendra langsung menatap Galang intens.
"Anak kita?" Parau Hendra. Dan Desi benci mendengarnya.
Galang yang semakin dibuat bingung dengan keadaan. Hanya diam mencoba mencerna keadaan sekarang ini.
"Dia anak kita?" Tanyanya sekali lagi melihat wajah Desi yang terlihat acuh tak acuh.
Desi hanya diam. Keterdiaman Desi membuat Hendra semakin yakin saja.
"Siapa namanya? Galang?" Hendra menghampiri Galang yang semakin dalam saja mengerutkan keningnya.
"Ini Ayah" paraunya suara Hendra.
"Ayah?" Gumam Hanna kecil.
Hendra semakin mendekat membuat Galang gagal paham. Matanya terlihat sayu.
"Ibu jelaskan padaku?" Galang melihat ibunya yang masih membelakanginya. Desi berbalik dan menunjukan air matanya yang sudah berlinang.
Menatap Galang dan menganggukan kepalanya.
Seketika hati Galang sakit. Dan mengalihkan pandangannya pada pria di depannya. Matanya mulai memerah.
"Ini Ayah" meyakinkan Galang yang mentapnya bingung lalu memeluknya erat.
"Maafkan Ayah. Maaf" Hendra terisak.
Galang hanya diam tak membalas pelukan yang mengaku Ayahnya ini.
Ini terlalu tiba-tiba. Yang di alaminya ini terlalu tiba-tiba. Hatinya sedikit mencelos saat mendapat pengakuan dari pria yang sedang memeluknya ini. Memjamkan matanya. Apakah ini mimpi?
Ia bertemu dengan Ayahnya?
Hanna yang melihatnya pun menjadi sedikit terbawa suasana. Menipiskan bibirnya, kemana ucapan menakutkan tadi, sekarang malah menjadi menyedihkan seperti ini.
Ia lagi-lagi jadi mengingat kedua orang tuanya. Melihat ibu Galang menangis tersedu, ia jadi tak tega. Ia ingat ibu Galang belum mengetahui kabar duka kedua orang tuanya. Jika ia yang mengatakannya ia sedikit sungkan dan Galang? Apa ia lupa untuk memberitahu ibunya? Hh....kesal sekali Hanna.
Mengusap air matanya pelan. Hanna menghampiri ibu Galang yang masih saja terus terisak.
"Kamu sudah besar..." melepaskan pelukannya dan memegang kedua pundak Galang.
"Maafkan ayah" memeluk lagi Galang sekilas.
"Maaf" tulus Hendra.
Tersadar akan permintaan maaf ayahnyanya di sebutkan berualang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLOfuture
RomanceJangankan untuk mengalihkan dunia mengalihkan dirimu saja ku tak bisa. Sinarnya selalu padam saat kau tak melihatku dan teriknya membuatku ingin menyerah. Tetapi saat musim hujan datang apa kau sudi berteduh di hatiku. Oh .... cinta bahkan sebelumny...