"Apa yang sedang lo pikirin?" Galang menyadarkan hanna dari keterdiaman nya. Hanna tampak berfikir, Apa justin akan tetap menerima perjodohan ini? Justin tiba-tiba mematikan telponnya. Belum ada jawaban pasti.
"Kira-kira apa keputusan justin?"
Galang mencoba berkata dengan tenang "semoga itu yang terbaik, apapun keputusannya nanti" galang mencoba tersenyum tetapi itu terlihat samar. Ia rasa hanya dirinya sendiri yang tau.
"Kita sudah mencoba"
Hanna tak merespon apapun.
"Hanna?" Tak ada sautan hanya wajah yang mengartikan, apa?
"Jika dia membatalkan perjodohan. lo akan tetap mempertahankannya kan?" Hanna langsung mengerti, apa yang di maksud galang.
"Hanya bisa berusaha. Gue akan coba" ucap hanna ragu. Rasanya sangat berat. Apa amar akan mengizinkan hanna merawat kandungannya sampai nanti. Sampai tumbuh dengan baik. Tanpa seorang ayah. Amar kemungkinan besar menolaknya hanna yakin itu. Hanna rasa harapannya selalu pudar saat amar ada di dalamnya. Hanna pun tau, pasti galang akan di campakan oleh amar.
"Memangnya lo gak mau mencoba lebih? Maksud nya...lo...." hanna malu mengatakannya "ahh...maksud gue..."
"Gue coba bicara sama orang tua lo. Selebihnya hanya pasrah. Oke?"
Hanna menaikan alisnya tak percaya. Galang bicara apa? Maksudnya bukan ia tidak mengerti. Tapi takutnya ia salah sangka.
"Bicara soal apa?"
"Pertanggung jawaban" hanna berdehem pelan. Pikirannya menjadi bercabang. Jika galang melakukan itu, berarti ia hidup dengan galang? Ini terlalu cepat di hidupnya. Menikah? Apa galang hanya sekedar memberi status untuk anaknya kelak? tak lama ia akan pergi. Itu bukan sesuatu yang tidak mungkin. Hanna tertawa dalam hati. Ini sama saja, semuanya tidak adil.
Galang memperhatikan hanna lagi-lagi ia melamun. Apa yang sedang ia pikirkan? Apa ia tidak suka dirinya berkata seperti itu?
"Maaf. Seharusnya gue gak membahas itu. Gue minta maaf. Seharusnya gue sadar. Kita bahkan tidak setara" kekeh galang menertawakan dirinya sendiri. Ia sangat sadar akan itu. Rasanya menjadi dilema. Galang sungguh tak enak hati.
"Kita bahkan tidak saling cinta. Pasti berat kedepannya. Jika soal memperjuangkan dia..." mata galang terus menatap perut hanna.
"...pasti lo bisa. Dibandingkan gue...yang..."
"...stop. sudah. Kita tinggal menunggu keputusan justin. Kedepannya kita pikirkan lagi" hanna pusing galang terus bicara. Kepalanya memang sedikit sakit saat ini, galang membuat moodnya sedikit turun sekarang."Sebaiknya kita mencari alasan untuk mengundur waktu pergi" galang setuju dengan itu.
"Gue ada ide!" Galang mendekatkan diri pada hanna ia penasaran apa yang akan hanna lakukan. Terlihat hanna mengambil ponselnya di meja. Menelpon seseorang? Hanna terlihat menjelaskan sesuatu. Galang tau itu soal kandungan hanna.
"Sudah...semoga berhasil" galang tersenyum mengangguk.
"Lo...terlalu deket. Mundur" galang bahkan tak sadar. Benar juga ini terlalu dekat. Sedikit menjauhkan kursi dari hanna.
"Soal lo...pulang kampung. Apa yakin?" Galang menegakan duduknya. Matanya tampak memandang jauh.
"Sepertinya"
Hanna melihat wajah galang dari samping. Galang terlihat menggeratakan rahangnya. Apa yang sedang galang pikirkan? Apa ini berat untuknya.
"Semuanya sudah berakhir. Semuanya hanya mimpi. Mungkin ini jalan yang terbaik. Oh yah...Apa lo akan tetap kuliah? Dengan keadaan seperti ini?" Tiba-tiba saja galang berpikiran seperti itu.
"Tidak tau" galang mengundang kekecewaan hanna pada dirinya sendiri.
"Semoga ada titik terang. Itu saja" cicit hanna. Namun galang mendengar apa yang di katakan hanna.
~~~
"Ada apa?" Lisa sedang menunggu amar yang sedang menjalankan pemeriksaan dokter desti yang merekomendasikan dokter untuk memeriksa amar dirumah sakit ini. Amar baru saja masuk. Ia menunggu cukup lama. Sampai lisa merasakan perutnya minta di isi. Padahal sebelum kerumah sakit amar dan lisa mengisi perutnya di salah satu restoran yang buka di hari minggu ini. Hampir tiga puluh menit ia berkeliling mencari restoran tersebut. Tetapi kali ini lisa di kejutkan oleh dokter hesti yang tiba-tiba saja menelponnya.
"Begini...tadi hanna menelponku...menyuruhku untuk kerumahmu..."
"...Ada apa dengan hanna!" Lisa panik. Hanna tak memberi informasi apapun dari rumah.
"Kamu harus tenang...katanya hanna sedikit pusing mungkin tubuhnya lelah, mengenai kehamilannya sedikit rentan diusiannya yang masih muda. Aku sudah memeriksanya. Dia harus cukup istirahat jangan sampi kelelahan. Jika bisa berilah waktu untuk dia sendiri. Mungkin itu lebih baik" dokter hesti berbicara hampir tanpa jeda.
"Oh...aduh bagaimana bisa hanna tak menelponku terlebih dahulu...iya terima kasih hesti. Aku akan secepatnya pulang. Sebentar lagi mas amar selesai" jelas lisa.
"Okeh...bye"
"Iya" singkat lisa. Hannaaa.... bikin khawatir saja! Bisa-bisanya ia tak di beritahu. Lisa tak tenang sekarang, ia ingin cepat-cepat pulang. Sebentar lagi mas amar selesai.
Di sebrang sana... menghela nafas lega...
"Ya ampun anak itu. Ada-ada saja" hesti mengerti betul keadaan hanna. Amar benar-benar keterlaluan. Beberapa menit yang lalu memang hanna menelponnya dan menceritakan tentang kehamilannya yang akan digugurkan. Seperti yang dilihat hanna meminta bantuannya supaya lisa dan amar mengundurkan waktu untuk menggugurkan kandungannya. Tak ada salahnya jika membantu.
Hesti mengetikan sesuatu di telponnya.
"Sudah. Sudah kulakukan. Pasti orangtuamu akan membatalkannya. Tetapi tidak menjamin untuk kedepannya".
~~~
Ting...
Sudah. Sudah kulakukan. Pasti orangtuamu akan membatalkannya. Tetapi tidak menjamin untuk kedepannya".
Hanna membaca pesan itu. Rasanya ia mendapatkan peluang. Terlihat hanna membalas pesan tersebut.
"Terima kasih dokter. Terima kasih"
"Iya. Jaga kandunganmu baik-baik"
"Terima kasih"
Galang melihat senyum hanna. Terlihat senang. Apa ada kabar baik?
"Ada apa?"
"Dokter hesti. Tadi gue minta dokter hesti buat bantuin gue. Ternyata berhasil. Pasti mama membatalkan rencana hari ini"
"Oh..yah..." hanna mengangguk semangat.
"Hmm...lama sekali mama pulang"
~~~
"Mas...kita harus membatalkan penggugurkan hanna. Dokter hesti tadi menelponku. Katanya hanna sedang tidak enak badan. Perjalanan cukup jauh. Hanna sebaiknya beristirahat...yah?" Mohon lisa.
"Terserahlah..." suara amar hampir terdengar.
"Pak...tolong ke restoran terdekat, kita beli makanan untuk hanna" lisa membuat keputusan.
"Baik bu"
"Tadi justin menghubungiku. Dia akan kerumah besok. Katanya ada sesuatu yang perlu dibicarakan" lisa mengalihkan atensinya pada amar. Amar berbicara tanpa melihat kearahnya.
"Hm..memangnya ada apa?"
"Mana ku tau" suara amar terdengar acuh. Lisa hanya terdiam.
🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂✊✊✊✊✊✊✊✊✊✊✊✊✊✊✊✊✊✊✊✊

KAMU SEDANG MEMBACA
HELLOfuture
RomantiekJangankan untuk mengalihkan dunia mengalihkan dirimu saja ku tak bisa. Sinarnya selalu padam saat kau tak melihatku dan teriknya membuatku ingin menyerah. Tetapi saat musim hujan datang apa kau sudi berteduh di hatiku. Oh .... cinta bahkan sebelumny...