Jangankan untuk mengalihkan dunia mengalihkan dirimu saja ku tak bisa. Sinarnya selalu padam saat kau tak melihatku dan teriknya membuatku ingin menyerah.
Tetapi saat musim hujan datang apa kau sudi berteduh di hatiku.
Oh .... cinta bahkan sebelumny...
Duduk memperhatikan gerak-gerik Hanna kesana kemari melayani pelanggan. Galang tidak memutuskan pandagannya. Tidak ada ekspresi yang Galang perlihatkan hanya matanya saja mengikuti kemana Hanna berjalan dengan makanan-makanan di nampan yang ia pegang.
Hanya secangkir kopi panas yang menemani Galang. Itupun tak ia sentuh sama sekali. Sudah sepuluh menit ia disini. Hanna tak kunjung menyadarinya.
Terlihat Galang membicarakan sesuatu dengan seseorang yang berseragam sama dengan Hanna. Seseorang itu pergi dan menghampiri Hanna. Bisa Galang lihat Hanna menatap ke arahnya. Terlihat acuh, Galang melihat perdebatan tak lama Hanna menghampirinya dengan wajah kesal.
"Lo belum pergi dari sini?" Sinis Hanna.
Galang menjawab dengan gelengan, mereka saling diam Hanna terlihat kesal padanya.
Hanna menatap Galang jengah, tadi ia di paksa kesini tapi setelah kesini lihatlah! Orang ini hanya diam.
"Buang-buang waktu...gue masih banyak pekerjaan" belum hendak melangkahkan kakinya pergelangan tangan Hanna tertahan.
"Duduk dulu...." Galang masih tenang.
"Gak bisa...gue sibuk" tapi Galang malah mengeratkan cekalannya dan menuntun Hanna untuk duduk.
"Galang! Gue disini baru kerja dua hari. Jangan sampai gue di pecat gara-gara ini!" Hanna mendesah kasar dalam ucapannya. Melihat sekeliling ia jadi takut karena kemarinpun gara-gara Galang menariknya tiba-tiba, pagi tadi ia di tegur oleh sang manager.
Mengedip. Galang hanya mengedipkan matanya saat mendapat pernyataan itu.
"L-lo...mm...gue bisa minta waktunya? Habis lo pulang kerja kita sekdar jalan-jalan. Gue masih kangen Darel" menatap Hanna lekat.
"Gak"
Kecewa dengan jawaban Hanna. Galang terlihat sedih.
"Gue maksa"
"Dengar ya..gue gak mau nanti tiba-tiba lo bawa Darel pergi"
"Kita kan pergi bertiga dan...gak mungkin gue bawa Darel pergi. Soal perkataan Ayah maaf, pasti Ayah tidak bermaksud mengatakan itu. Kita tidak berniat memisahkan Darel sama lo..."
"Sudah" tanya Hanna, "gue harus kerja".
Lihatlah kenapa Galang menghalangi Hanna lagi.
"Sebentar"
"Galang! Gue harus kerja. Lagian lo ngapain sih kesini. Kita tuh gak ada urusan apapun. Kita udah hidup masing-masing" ya..mereka sudah bercerai bukan.
Tertegun mendengar penuturan Hanna. Ternyata Hanna tak sama dengannya. Ternyata hanya ia sendiri yang merasakannya.
"Sudah tiga tahun lamanya...dan Darel. Gue masih kangen" malu-malu Galang mengungkapkan walau tak sepenuhnya ia ungkapkan.
"Atau...a-atau l-lo nanti ikut sama gue pulang...yah kita pulang!"
"Buat apa? Buat ngerebut Darel lalu ngebuang gue" tuduh Hanna.
"Kenapa lo selalu berpikiran kayak gitu? Gue gak ada sama sekali niat buat memisahkan kalian" tekan Galang.
"Hai"
Hanna dan Galang saling pandang. Apa Wanita ini menyapa mereka?
"Hai Galang" cerianya.
"Hai"
"Boleh aku duduk?" Masih menunggu jawaban Galang. Tak lama Galang mengangguk sambil menatap Hanna yang sudah terlihat jengah.
"Gue pergi"
"Tunggu" ishh rasanya Hanna ingin memotong tangan Galang maen tahan-tahan saja.
"Galang gue harus kerja" sedikit membentak Galang.
Galang melepaskan tangan Hanna begitu saja.
"Hai Galang...masih disini?!" Ucap Ane yang sedari tadi hanya memperhatikan percakapan singkat Galang dan wanita itu. Ah..Ane tak mengenalnya.
"Iya"
"Kenapa?"
"Apanya?"
"Kamu...kamu kenapa masih disini" senyumnya masih terpasang.
"Oh...karena masih ada kerjaan"
"Ahh...ya..ya...Ayahmu?"
"Sudah pulang duluan-"
"-kamu disini sendiri!" Seru Ane yang terlihat senang. Galang, sendiri, ahh...rasanya itu informasi yang bagus.
"Hm" Galang mengangguk kaku. Ia kesini bukan untuk mengobrol dengan orang lain. Hanna malah pergi meninggalkannya.
"Kamu di Apartenent kan?"
"Ya" banyak tanya sekali.
"Hm...kalau begitu boleh aku ke kesana?! Aku akan masak enak! Masakan ku sangat enak. Pasti kamu suka" dengan percaya dirinya Ane berkata sambil terus tersenyum ceria.
"Ahh...tidak. tidak usah" Galang bisa melihat Hanna sedang memperhatikannya dari jauh. Walau kadang membuang muka saat Galang menatap balik.
"Kenapa?"
"Karena..karena...cuma ada a-aku yahh...aku cuma sendiri"
Ane terlihat mengerutkan keningnya. Memangnya kenapa jika hanya sendiri. Ia akan hanya ingin memasak untuk Galang. Apa urusannya dengan sendiri?
"Tidak masalah. Kan aku menemani"
"Ahh...." Galang terkekeh kaku. Apa maunya si dia. Ia kan sudah menolaknya.
"Ya? Ya..ya..ya...pliss..." Ane mulai memegang tangan Galang.
Rasanya ia tak terlalu akrab dengannya kemarinpun mereka tak mengobrol hanya sekedar berkenalan. Itu yang membuat Galang canggung.
Galang mencoba mencari Hanna dengan matanya tapi ternyata Hanna tidak ada di pandangannya.
"Hhh...ya"
"Oh...yayyy...oke...nanti malam aku datang...aku pergi dulu...bye" Galang hanya menganggukan kepalanya tanpa senyum.
"Oh iya! Nomormu" dengan gerak santai Galang memberikan nomor ponselnya.
"Oke...nanti aku telpon" Ane melangkah pergi sambil membawa satu kantong minuman yang sudah ia pesan.
Sungguh bukan diluar rencana. Fyuhh...
~~~
"Kecentilan" Hanna yang sesekali menatap Galang. Baru sekarang Hanna melihat Galang berinteraksi dengan seorang perempuan selain dirinya.
Hey! Lihatlah Galang itu tampan! Apalagi sekarang sudah terlihat seperti orang kaya. Dari penampilannya saja sudah terbaca. Siapa yang tidak tertarik padanya! Hanna merenggut kesal dan pergi dari tempatnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.