#32

63 9 0
                                    

"Jun....gue lagi buru-buru. Nanti kita lanjut telponnya...."

"Emangnya kenapa....lu lagi sibuk?!" Suara june begitu memekakan telinga galang.

"Iya. Gue harus kerja sekarang"

"Wahh...udah kerja aja lo...hebat! Hebat! Lu kirim dah...alamatnya. nanti gue kapan-kapan main!"

"Iya. Gue tutup" galang  menggosok-gosokan telinganya. Suara june luar biasa.

Pagi-pagi sekali june menelponnya. Katanya ia kuliah siang. June menelpon galang mungkin ia pikir galang tak lagi sibuk. Dasar sok tau. Pagi-pagi sudah bikin ribut dengan suara indahnya.

Galang memasang sepatunya tergesah. Ia tidak boleh sampai terlambat. Belum lagi galang menaiki kendaraan umum, yang takutnya sudah terlalu penuh. Sehingga dirinya harus menunggu lagi. Itupun jamnya cukup siang.

Tak sempat memakan sarapan yang di buatkan Desi. Galang hanya memandang sepiring nasi dan lauk seadanya itu. Ibunya tak terlihat. Biasanya Desi selalu menemani galang untuk sekedar menyantap sarapannya. Dan memaksa galang untuk sarapan jika galang tidak mau menyantap sarapannya.

Galang membuka pintu keluar rumah. Ternyata Ibunya sedang menjemur pakaian sepagi ini, tidak biasanya.

"Bu...aku pergi...assalamualaikum" galang mencoba menyalami Desi. Desipun tak menolaknya.

"Waalaikumsallam" hanya itu. Terdengar dingin. Galang memaklumi mungkin ibunya masih kecewa padanya.

Langkahnya begitu lebar, Untuk tidak mengulur waktu. Langkah yang setiap harinya ia lakukan untuk sekedar menghidupi sang ibu dan dirinya. Tidak berat, ini sudah ketentuan. Tidak ada yang bisa di lakukan lagi. Ini memang yang terbaik.

~~~

"Habiskan makanan mu sayang...."

"Aku mual" bisik hanna pada lisa.

Tak lama hanna beranjak dan berlari rasanya sudah tidak tahan. Belum hanna menyentuh makanannya. Tadinya ia hanya terdiam. Lisa sampai menegurnya.

"Berapa usia kandungannya?" Lisa di kejutkan dengan suara amar.

"Aku rasa sedang memasuki dua bulan. Menurut perkiraan ku" lisa terlihat merotasikan retina matanya untuk berpikir.

"Bagaimana kamu ini" lisa memandang amar aneh di depannya.

"Mas...a'aku mau ngomong"

"Apa?"

"Apa tidak menikahkan hanna dengan galang saja? Laki-laki itu ayah biologis kandungan hanna" takut-takut lisa bersuara.

Amar tampak berpikir dalam keterdiamannya.

"Apa harus?" Menurut lisa. Wajah amar terlihat acuh.

"Iya. Ini demi hanna"

"Memangnya kenapa dengan hanna? Dia bisa memilih jalan lain untuk masa depannya yang lebih baik" jelas amar.

"Mas...sekali saja...aku mohon...aku rasa ini yang terbaik untuk hanna dan calon bayinya" amar memundurkan bandannya untuk bersandar. Lisa terlihat memohon.

Baru saja amar ingin mengluarkan suaranya. Lisa berkata....

"...kamu pikirkan ya mas..aku ke hanna dulu...." suara amar tertahan, melihat lisa pergi begitu saja.

~~~

"Hari ini kalian gali informasinya lebih dalam...mungkin ada sanak saudaranya disana? Hhh itu mungkin saja" tatapan kosong itu selalu ia lakukan tanpa disadarinya. Ketika masa-masa itu sedikit terlihat, semuanya menjadi buran. Mencoba Melihat kenyataan tetapi tak kunjung datang.

HELLOfutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang