#66

100 18 0
                                    

Huhh....Hanna memegang dadanya. Terdiam, kejadian barusan sungguh sangat tidak di sangka.

Ekspresi wajahnya terlihat begitu cemas. Setelah menunduk memikirkan segalanya di belakang meja kasir Hanna langsung izin dan berlari ke toilet. Karena ia begitu gugup.

Saat ini Hanna sedang berada di dalam toilet. Menetralkan degup jantungnya. Sekedar mencuci wajahnya bercermin lalu berniat kembali lagi untuk bekerja. Jika terlalu lama berada di toilet pasti akan timbul masalah.

Kembali lagi dengan wajah cemasnya. Di lihat Galang sudah terduduk dengan sang Ayah. Hanna melihat Galang dari kejauhan sambil menghantarkan makanan kemeja lain. Dengan wajah sedikit tertunduk Hanna berjalan tak lupa diam-diam melihat ke arah Galang.

Kembali setelah menghantarkan makanan, sebenarnya Hanna sempat berpikir untuk menemui Galang. Tapi untuk apa. Ia hanya akan mendapat malu atas semuanya. Ini semua karena si tua bangka Yuanwar. Dan apa yang harus ia bicarakan? Sekedar menyapa? Ah...itu tidak mungkin. Hanna hanya sedikit ragu.

Lima menit terbengong dan menunduk. Entah apa yang sedang ia pikirkan.

Tersentak. Ada seseorang yang menarik Hanna. Hanna yang terkejut dan hanya bisa melihat orang itu dari belakang. Siapa? Apa dia bosnya? Dan akan memarahinya? Hanna tersadar karena barusan ia melamun.

Seketika Hanna seperti orang linglung. Hanya terdiam dengan ekspresi wajah yang aneh. Bibirnya bergetar seperti ingin mengatakan sesuatu.

Seperti ingin mengatakan sesuatu akan tetapi entah mengapa seperti tertahan. Mengedarkan pandangannya tak tentu arah. Ini konyol.

"Bagaimana kabarmu? Kenapa semakin tirus? Apa kamu sedang sakit? Rambutmu terlihat berantakan.  Apa semuanya baik-baik saja?...Hanna?....."

Hanna bisa merasakan tangan Galang yang meraba seluruh area wajahnya. Hanna terlalu terkejut. Masih bungkam. Dan seluruh perkataan Galang terdengar aneh di telinganya.

"Hanna?..." suara Galang terdengar lebih kencang. Dan Hanna merasakan tangan kiri Galang yang memegang salah satu tangannya mengerat.

Tanpa sadar Galang memeluknya setelah beberapa saat Galang melepaskan pelukannya dengan perasaan aneh. Rasanya ia terlalu berlebihan.

Tersadar dan menetralkan wajahnya. Hanna tertunduk rasanya semakin ragu saja. Ini seperti mimpi.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Galang khawatir. Lalu matanya terpaku pada perut rata Hanna. Dan tersenyum bahagia. Tangan nya yang otomatis memegang kedua pundak Hanna.

"Dia sudah lahir?" Yang tadinya menunduk Hanna langsung mengangkat wajahnya tepat di hadapan wajah Galang. Wajah Galang terlihat sangat bahagia. Senyum itu masih sama. Namun baru kali ini Hanna melihat senyum lebar Galang begitu dekat. Wajah Galang terlihat lebih dewasa.

Tak kunjung mendapatkan jawaban dari Hanna Galang malah terpaku pada wajah Hanna.

"Wajahmu terlihat lelah" tak sengaja Hanna memundurkan tubuhnya saat Galang ingin menyentuh pipinya lagi.

"Lo ngapain disini?" Hanna dapat mengedarkan pandangannya Galang membawanya ke luar restoran.

Seakan tersadar. Galang terlihat mengedipkan matanya beberapa kali. Ia terlalu antusias dan senang sekarang ini.

"Tadi Ayah yang ngasih tau. A-ada l-lo..." Galang menghentikan pembicaraannya dan beralih pada penampilan Hanna.

"L-lo lagi ngapain?"

"Bukan urusan lo"

Kenapa Hanna terlihat acuh padanya. Pikir Galang.

"Bagaimana keadaanya?-"

HELLOfutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang