Terlalu larut untuk masih membuka mata, ini hampir pukul 02:00 pagi tetapi galang masih terjaga. Dinginnya malam ini seperti tak dirasakan galang. Angin malam yang menampar wajahnyapun bagai sang teman yang ikut merasakan kegelisahannya. Disini kursi kayu, galang mendudukan dirinya. Sepulang bekerja, sempat ia membersihkan diri terlebih dahulu. Rasa lelah di tubuhnya masih terasa. Belum sempat memejamkan mata.
"Ada apa ibu malam-malam menelpon galang ada sesuatu yang terjadi?" Galang tak sabaran, tanpa menjawab salam Desi. Pasalnya ini bukan waktunya untuk bersapa kabar ini terlalu larut.
"Nak...ibu pengen ngomong sesuatu. Maaf jika ini mendadak"
"Jangan buat galang khawatir"
"Maaf nak. Tapi bisakah kamu pulang kampung secepatnya? Ibu ingin kita pergi dari sini....dan....dan kamu berhenti saja untuk berkuliah"
"Apa maksud ibu? Kita? Memangnya kenapa kita harus pergi? Apa terjadi sesuatu? Bu? Apa aku tidak salah dengar? Berhenti kuliah? Bu?" Galang khawatir bukan main, mengapa tiba-tiba sekali.
"Tidak...m..maksud ibu tidak apa-apa, nanti ibu jelaskan saja kalau kita sudah bertemu. Maaf jika ini mendadak pasti ibu mengganggu. Kamu pasti lelahkan? Ya sudah ibu tutup telponnya.
Tuuutttt...
Galang memandang handphonenya intens. Mengapa ibunya mematikan telponya sepihak? Hatinya jadi tak tenang. Alasan ibunya untuk pergi dari kampung apa? Secepatnya?
Beberapa kali galang mencoba menghubungi desi. Nihil desi tak mengangkatnya. Apa besok pagi ia harus pulang ke kampung? Bagaimana dengan pendidikannya? Hanna? Ia sampai lupa jika besok ia akan menemani hanna untuk...untuk...bahkan ia tak sampai hati untuk mengatakannya walaupun di dalam hati. Galang terlihat mengetikan sesuatu di handphonenya.
Layar hitam itu terus di pandangnya tanpa berkedip. Bodoh sekali ia menunggu balasan dari ketikannya, ini pagi buta, rasanya tak tepat untuk sekedar menerima pesan. Galang sadar itu.
Kedipan mata sayunya begitu terlihat. Rasanya ia tak bisa tidur malam ini. Bahkan ini sudah pagi buta! Badan letihnya membawa galang menuju kasur single bermotif monokrom itu. Percuma, ia berusaha memejamkan matanya tetapi pikirannya berlayar jauh entah kemana. Bahkan ini sudah pukul 05:00. Lebih baik ia segera membersihkan diri untuk menunaikan sholat shubuhnya.
Selesai dari kegiatan paginya. galang mencoba mengscroll handphone yang mana semalam ia meninggalkan pesan untuk seseorang.
Ting
Setelah mengaktifkan benda pipih itu, tertera nama hanna disana. Cepat-cepat galang membuka notifikasi itu.
"mungkin siang nanti. lo jadi ikut kan?"
Galang lega, setidaknya ia bisa menemani hanna setelah itu malam nanti ia harus pulang ke kampung untuk menemui ibunya, jujur galang sangat di buat penasaran oleh ibunya. Cepat-cepat galang mengetikan balasannya pada hanna.
"Iya pasti"
"Lo kerumah gue aja, kita pergi bareng. Tempatnya terlalu jauh"
"Iya"
"Lang?"
"Hm?"
"Lo kesini aja sekarang yah?"
"Kenapa? Apa di pagi ini kita..."
"....nggak! Apa susahnya sih! Lo tinggal kesini. Apa di hari minggu ini ada kelas?"
"Nggak. Iya gue kesitu" ini masih jam sembilan. Buat apa hanna menyuruh kerumahnya. Mana ada unsur pemaksaan.
Galang langsung mematikan telponnya sepihak. Ia teringat sesuatu, apa Ini tidak terlalu pagi untuk menelpon ibunya, ia masih ingin menanyakan apa maksud ibunya itu? Tetapi....
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLOfuture
RomansaJangankan untuk mengalihkan dunia mengalihkan dirimu saja ku tak bisa. Sinarnya selalu padam saat kau tak melihatku dan teriknya membuatku ingin menyerah. Tetapi saat musim hujan datang apa kau sudi berteduh di hatiku. Oh .... cinta bahkan sebelumny...