#35

69 9 1
                                    

"Apa tidak ada perkembangan?"

"Belum bos...semuanya sudah saya periksa tetapi kami tidak mendapat informasi apapun"

"Ya....sepertinya saya harus turun tangan"

Hendra, hari-harinya sangat sibuk dengan perusahaannya, tetapi untuk urusan yang satu ini ia tak pernah absen untuk melakukannya. Masih berusaha dengan keinginannya bertemu dengan perempuan itu.

"Kalau begitu saya permisi bos"

"Ya"

Hendra mencoba untuk melepaskan penyesalannya. Masih terasa sampai sekarang, ia telah menghianati cintanya terdahulu. Hendra tersadar ia tidak boleh seperti itu. Di hidupnya sudah ada Leon dan Diana yang harus ia sayangi dan kasihi. Mencarinya hanya untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja.

~~~

"Kamu bahkan belum mengambil gaji pertamamu disini"

"Maaf pak. Tapi saya mohon ini sangat penting"

"Keluarga?" Galang mengangguk cepat.

"Restoran sedang ramai-ramainya akhir-akhir ini. Kamu tau itu?" Galang terdiam, ya mau bagaimana lagi. Ini tidak bisa di tunda lagi.

"Hhh...baik saya kasih kamu cuti. Maksimal hanya tiga hari. Oke? Jangan sampai lewat batas" galang terlihat memberi keyakinan lewat mimik wajahnya.

Sudah hampir dua puluh menit galang mencoba meyakinkan kepala pelayan untuk mengambil cuti, awalnya ia di tolak mentah-mentah. Sampai akhirnya ia di perbolehkan mengambil cuti, walaupun hanya tiga hari. Lega rasanya. Sekarang ia harus kembali bekerja. Masih ada waktu dua jam untuk melakukan pekerjaannya.

Dua jam sudah berlalu...

Apa bulan ini masih termasuk musim penghujan? Awan di arah utara terlihat menghitam. Langkah kaki galang di percepat untuk menaiki kendaraan umum. Semoga dirinya tak perlu menunggu, galang harap pas waktunya dengan kendaraan itu tiba. Galang setengah berlari, baru tiga menit berjalan galang di hentikan oleh sepatunya yang jebol. Dengan menghela nafas sabar....galang berjalan dengan lebih pelan, ada-ada saja di saat genting seperti ini.

Ibu jarinya yang terlihat, sepatu bagian depannya menganga dengan lebar. Sungguh galang risih dengan tatapan orang-orang itu. Apa baru melihat ibu jari? Apakah orang-orang itu tidak mempunyai ibu jari di kakinya?! Hhh....gaji pertamanya nanti sepertinya ia harus membelikan sepatu baru untuk kakinya. Sepatu yang di pakai galang sekarang memang sepatu ia dari masa SMA, ibu yang membelikannya. Jika di hitung mungkin sudah hampir tiga tahun sepatu ini bersamanya. Tak pernah ada gantinya. Sepatu ini menjadi saksi bisu semasa ia sekolah yang selalu menemaninya dalam keadaan suka dan duka. Yang menjadi saksi dalam kesendiriannya. Galang sering bermonolog sendiri kala itu.

Aku baik-baik saja, apakah aku terlihat kesepian? Tidak ada yang perlu di khawatirkan, tanpa di sadari galang selalu berkata seperti itu. Tentang hidupnya yang mungkin tak sama seperti orang-orang, hidup tidak berkecukupan tak membuat galang berkecil hati. Membangun mimpinya berharap kedepannya bisa lebih baik. Menyusun dari awal, berharap harapan itu ada.

Tapi apa sekarang...semesta tak mendukungnya...

Tak apa. Bersyukur itu penting tidak ada yang perlu disalahkan. Semuanya sudah pada jalannya.

HELLOfutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang