#71

102 15 4
                                    

   Waktu menunjukan pukul 13:15 siang hari, di lihatnya cuaca di luar sana begitu terik, Galang tidak begitu menikmati hari liburnya yang cerah itu, hatinya selalu terusik, terusik oleh keadaan yang membuat nya selalu khawatir, khawatir akan seseorang di sana. Sungguh jika ingin tau ia ingin memilikinya, memilikinya seutuhnya. Sungguh. Lebih tepat nya memiliki mereka.

"Bu, aku rasa...saat ini aku sedang merindukan seseorang....dan...dan mencintainya" Desi menghentikan gerakan tangan nya yang sedang melipat pakaian. Dan membalikan badan nya menghadap Galang yang sedang mematung berdiri di belakang sang ibu.

Desi tersenyum tipis, ia mengerti perasaan yang putra nya rasakan. Mengingat Hanna yang selalu menolak keberadaan Galang. Desi tahu dari Galang yang selalu menceritakan apapun tentang Hanna dan Darel akhir-akhir ini.

Merindukan dan mencintai? Hmm...Desi baru mendengar kata-kata itu dari mulut Galang secara langsung tentang perasaan nya terhadap Hanna, Desi benar bukan? Itu untuk Hanna kan?

"Ibu selalu mendoakan mu, mendoakan usaha mu..saat ini kamu hanya perlu berusaha semaksimal mungkin...hanya itu...mmm..." Desi tersenyum dan sedikit menaikan kedua alisnya.

"Apa yang kamu ketahui tentang perasaan Hanna?" Tak terasa baju-baju itu terbengkalai karena tangan Desi mulai berhenti bekerja.

"Perasaan bagaimana?" Lain di mulut lain di hati, sebenarnya Galang mengerti yang ibunya maksud, tetapi kata itu keluar begitu saja. Pura-pura tak mengerti.

Perasaan Hanna? Galang hanya tersenyum kecut, tanpa di sadarinya. Dari sikap Hanna yang selalu acuh padanya sebenarnya ia bisa menilai, Hanna tak sedikit pun mempunyai perasaan yang sama sepertinya.

Desi hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak, sudahlah...ibu mau melipat ini dulu" Galang mengangguk mengiyakan.

Galang melangkah kan kakinya ke arah kamar miliknya sambil sesekali meraup wajahnya kasar. Sungguh perasaan nya sangat membuncah saat ini. Merindukan dan mulai menyadari jika dirinya mencintai seseorang tetapi tidak bisa memiliki.

Kenapa dengan dirinya hari ini? Ya biasanya memang seperti ini akan tetapi ia selalu menampik tentang perasaan nya ini. Saat ini sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Sungguh kepercayaan dirinya semakin menurun jika teringat Hanna yang selalu mencoba menghindar darinya.

Kebersamaan nya dengan Hanna dulu sangat Galang rindukan, dulu ia begitu naif, yang tak menuruti kata hatinya dan tak membiarkan naluri sebagai pasangan menguasai kehidupan nya. Padahal saat itu ia yakin ia mulai mencintai Hanna.

Dan saat itu pula Galang langsung terkaget sendiri karena seseorang yang ia rindukan menelpon. Tanpa babibu ia langsung mengangkat nya.

"Hanna..." ekspresi yang tegang dengan hati yang gembira tentunya, mengapa bisa pas begini momentum nya.

Tetapi Galang langsung teringat, Darel...ya ini pasti Darel yang menelponnya. Tak apa, ia merindukan pria kecil itu juga.

"Galang"

"Ohh ya..." Galang terkesiap ternyata itu Hanna. Tetapi, kenapa dengan Hanna?

"Kenapa? Ada masalah?" Panik Galang. Karena Hanna terlihat sedang menangis.

"Darel hiks...Darel kecelakaan...hikss...aa..." Tak sadar Galang langsung shock menela ludah nya kasar. Sungguh seperti tersambar petir di siang bolong. Ekspresi Hanna tak seperti ekspresi jika Darel mengalami kecelakaan biasa.

Galang langsung terlihat mematikan telpon nya sepihak dan mengetikan sebuah pesan di sana. Matanya mulai memerah. Mulia menyiapkan segalanya untuk langsung menemui Hanna.

"Mau kemana nak..."

Tanya Desi sangking khawatirnya terhadap putranya Galang terlihat hampir melewati sang ibu begitu saja.

"Ya ampunn...bu...ibu jaga baik-baik yahh...aku mau menemui Hanna...katanya Darel kecelakaan..bu tadi Hanna menelpon ku...ibu jangan khawatir yah..."

"Ya allah...kecelakaan bagaimana nak..." Desi terlihat shock bukan main. Jika sampai menelpon Galang untuk sebuah kecelakaan berarti....?? Ahhhhh sudahlah semoga tidak terjadi yang tidak-tidak.

"Ibu ikut yahh...ibu mau liat cucu ibu" Desi hampir mengeluarkan air matanya.

"Bu...ibu...sudah ibu tunggu di sini doakan Darel semoga tidak terjadi apa-apa okeh?" Sungguh ia pun sangat khawatir.

Tring....

Sebuah pesan masuk...Galang membukanya sambil masuk ke dalam mobil. Ternyata itu dari Hanna mengirimkan sebuah alamat rumah sakit padanya.

Perjalanan cukup jauh, dan Galang cukup greget dengan waktu yang tak sedikit untuk pergi menemui Hanna.

....

Penampilan Hanna sudah tak karuan, ia hanya mendengarkan perempuan di depan nya memaki maki dirinya. Hanya kedua tangan yang ia remas untuk menjadi pelampiasan nya. Bibirnya begitu pucat mendengar penuturan-penuturan yang perempuan gempal itu layangkan.

"Aku akan menuntut mu...ingat itu...!"

"Sialan....kembalikan nyawa ayahku!!!" Perempuan itu terlihat menatap Hanna begitu sengit.







.........

Semangat
🥰





HELLOfutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang