#16

95 16 1
                                    

Langkah itu terlihat pelan, angin akan membawa mereka ke tujuan, matanya terlihat redup, begitu juga langit, awan gelap tak memberikan matahari untuk muncul.

"Kira-kira apa keputusannya?" Galang berbicara tanpa melihat lawan bicaranya, pandangannya terus ke depan. Sepulang kuliah hanna tidak langsung pulang, ia sudah menelpon supirnya untuk tidak menjemput, jika pulang ia tidak tega melihat mamanya. Tetapi, jika tidak ada dirinya mamanya pasti sedang sendirian. Saat ini hanna sedang menuju rumah galang, tadinya galang menolak permintaan hanna. Tetapi hanna bersikukuh untuk mengajak kerumahnya. Hanna hanya sedang ingin di temani.

"Lo ngelamun lagi" galang mencoba menaikan nada bicaranya.

"Keputusan apa?" Cicit hanna, tetapi masih bisa terdengar oleh galang.

"Tentang kita" hanna sontak memberhentikan langkahnya, galang belum tau soal itu, hanna harus menjelaskannya bukan?

"Lo gak perlu kerumah gue, keputusan sudah bulat, kandungan ini harus digugurkan dan perjodohan tetap berjalan...lo gak harus repot-repot memberi pertanggung jawaban" perkataan hanna membuat galang tertohok.

"Tapi..." galang memandang kedua mata hitam itu.

"Gak perlu merasa bersalah...bener apa yang lo katakan...lo gak punya apa-apa buat gue...dan...justin bisa lebih bisa diandalkan...bahkan lo gak sebanding dengan dia" getaran di bibir hanna mulai terlihat, galang melihatnya dengan jelas. Galang terlihat menggeretakan rahangnya, sangat terlihat lemah sekarang, apa yang di katakan hanna benar.

Mereka memudarkan pandangan itu, terlihat orang-orang memperhatikan mereka berdua. Galang dan hanna sadar akan itu. Langkah keduanya terus berlanjut.

Keterdiaman galang membuat hanna hanya diam, apa sebenarnya galang senang? Dia tidak harus memikul beban yang berat bukan? Dengan bertanggung jawab pada hanna?

"Gue...mau mandi dulu" hanya diam hanna tak menanggapi, hanna duduk dengan tikar 1×1,5 meter, ia meluruskan kakinya yang terasa sangat pegal, apalagi sekarang ia memaki jeans, seperti terasa terikat saja kakinya. Dinding tak bercat itupun menjadi sandaran untuk hanna, punggungnya terasa sakit, lelah sekali hari ini, tak lama mata itu terpejam.

Di dalam kamar galang duduk terdiam, setelah mandi dan mengganti baju, galang hanya termenung, untuk meresapi perkataan hanna tadi.

Jika seperti itu, dirinya semakin merasa bersalah, hanna mengandung benihnya, kesalahan yang ia perbuat sangat fatal Sempat ia masih tidak bisa di percaya, tetapi itu memang kenyataannya.

Cukup lama berada di dalam kamar, galang akhirnya keluar kamar, ia lupa jika ada hanna di rumahnya. Galang menaikan alisnya, hanna tidur? Apa dia lelah? sampai tertidur walaupun posisinya jauh dari kata nyaman. Galang mendekati dan berjongkok di hadapan hanna. Wajah itu, sejak kapan ia mulai terbiasa dengan wajah hanna? Hanna sedang tertidur tetapi kerutan di dahinya terlihat, tertidurpun masih sempat-sempatnya seperti memikirkan sesuatu? Galang tidak apa yang membuat hanna seperti itu?

Tangan galang mencoba menepuk pundak hanna pelan, sebaiknya hanna pulang saja, terlihat sangat lelah, kosannya ini tidak terlalu nyaman pikirnya.

"Hanna.." terdengar seperti berbisik galang membangunkan hanna, hanna tak kunjung sadar dari tidurnya.

"Hanna.." galang lebih menaikan nada suaranya. Terlihat hanna mengerjapkan matanya. Hanna seperti orang linglung. Perlahan matanya melihat wajah galang disana. Ah...ia ketiduran di tempat galang? Apa sudah terlalu lama? Sampai galang membangunkanya.

"Sebaiknya lo pulang, disini kurang nyaman, kayaknya lo terlalu lelah sampai ketiduran" ucap galang yang masih belum beranjak.
"Gue mau ke kamar mandi" mengabaikan usulan galang tadi.
Galang terdiam sebentar "iya...lo bisa lewat kamar" hanna melihat seisi ruangan, hanya ada satu kamar disini, tak pikir panjang hanna langsung pergi dari hadapan galang.

HELLOfutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang