#12

85 16 0
                                    

"Sampai kapan kamu akan mencari anak haram itu mas! Kamu gak mikirin perasaan aku? Kamu gak mikirin perasaan leon? Hahh... jawab aku! Aku muak! Cintamu pada perempuan itu sudah mati kamu tau itu?!" Wanita dengan balutan baju biru tuanya terlihat sangat marah, tetapi laki-laki yang di marahi?

"Dia tetap anaku" terdengar menyendu, dan terlihat garis di bawah matanya sudah mulai terlihat, tetapi kharismanya belum luntur, sangat terlihat berwibawa.

"Aku pikir kamu sudah melupakan segalanya! Kenapa kamu sekarang seperti ini lagi, apa kamu menemui perempuan itu! Jawab aku!" Emosinya sudah tidak terkontrol, matanya menuntut jawaban.

"Diana aku pikir kamu akan mengerti" pria itu masih terlihat menyendu, hatinya kembali sakit, sekian lama ia mencari buah hati, perempuan yang ia cintai meninggalkannya dan yang ia pikirkan sekarang apa perempuan itu masih mencintainya? Rasanya begitu rumit, ia tidak bermaksud mengecewakannya.

"Aku sudah terlalu mengerti, jangan anggap aku remeh!" Wanita itu terlihat menghentakan kakinya dan pergi begitu saja terlihat sangat kesal kekanakan sekali memang. Setelah pulang dari kantornya, wanita yang bernama diana itu memergoki dua bodyguard suaminya berbicara.....

"Apa bos akan membawa perempuan itu dan anaknya kesini?"

"Aku tidak tahu, sepertinya sih, kemungkinan besar..."

"Tapi perempuan itu belum tau kan bos datang kerumahnya?"

"Tidak, bos hanya memantau dari jauh, bos terlihat sangat sedih"

"Ahh sayang sekali aku tidak ikut waktu itu"

"Bos memang selalu mencintai perempuan itu"

"Ya aku hanya berdoa semoga bos selalu bahagia"

"Hehh...apa kalian makan gaji buta! Hah..!" Setelah diana menguping pembicaraan kedua pesuruh suaminya ini, diana marah bukan kepalang, bisa-bisanya mas hendra menemui perempuan itu? Apa selama ini ia di bohongi? Mas hendra masih mencari perempuan itu? Benar-benar memang kurang apa dirinya?! Ini sudah terlalu lama! Mas hendra masih mencintai perempuan itu?!

"Ah...tidak bu maafkan kami...kami undur diri" keduanya serentak mengundurkan diri pada diana.

Saat kedua bodyguard itu berada di mobil "apa bu boss...mendengarnya?" Pertanyaan itu terlontar dari pria yang berwajah pucat "berdoa saja semoga tidak, semoga tidak kecolongan" jelas pria satunya lagi.

~~

"Kenapa?"

"Gue...gue...batalkan sajalah rencananya" yakin galang "gue belum siap".

"Lo mau kandungan gue di gugurin! Lo mau anak lo di gugurin! Gue percaya sama lo!.....liat gue.....lo satu-satunya harapan supaya gue gak di jodohin...plis..." hanna mencoba meyakinkan galang, genggamannya pada galang semakin erat.

Saat ini keduanya, terlihat berada di pelataran rumah hanna, apa keputusannya benar? Ia tidak tau, tapi harus mencobanya bukan, untuk mengetahui hasilnya.

~~

Sebelum hari dimana hanna dan galang membuat keputusan berat ini.

"Terus sekarang lo...mau gimana? Hanna merotasikan bola matanya, tampak berpikir.

"Lo harus tanggung jawab, kalau gue melanjutkan perjodohan itu...gue harus gugurin kandungan ini...sedangkan...kalau lo...mau bertanggung jawab gue gak harus gugurin dia kan?" Mata galang mengikuti mata hanna yang beralih pada perut ratanya.

"Bukannya gue gak mau tapi..." hanna mencela...
"Kenapa? Gue akan berusaha...gue juga sedikit bingung...jadi tolong bantu gue" bibirnya menipis meminta iba dari galang. Galang rasa ia sudah seperti laki-laki brengsek sekarang.
Bukannya tidak mau...tetapi...apakah alsannya salah?

"Oke...kita jalani ini sama-sama... tapi kalau lo...merasa keputusan lo salah...lo harus terus terang kapanpun itu gue siap menerima kenyataan"

"Kenyataan apa maksud lo?"

"Dengan keadaan seperti ini....." ah tetapi mencoba tidak ada salahnya, galang bermonolog sendiri di hatinya, mencoba memejamkan matanya, masalah seberat ini mengapa harus datang padanya? hanna mengedipkan matanya sekali, apa mata galang sedikit memerah? Apa dia akan menangis?

"Besok pulang dari kampus gue kerumah lo"
"Secepat itu?!" Kaget hanna.
"Memangnya harus kapan?" Galang menaikan alisnya, "lagipula kita harus menyelamatkan anak kita, sebelum digugurkan" perkataan galang membuat hanna sedikit menahan senyum apa tadi, anak kita?

"I..iya okeh gue tunggu" hanna mengangguk anggukan kepalanya dengan cepat.

Mama is calling

Hanna membuka handphone nya, mama ada apa?

"Sayang kamu di mana? pak wawan ngejemput kamu, tapi kata scurity kampus kamu sudah pulang, kamu di mana sekarang, jangan buat mama khawatir dan sekarang justin sudah di rumah.."

Galang mendengar percakapan anak dan ibu itu, justin apa dia lelaki itu? Yang akan di jodohkan dengan hanna? Mendengar namanya saja ia sudah merendah.

"Aku di rumah temen mah...mamah tenang aja aku gak papa kok...soal justin kan mama bisa nemenin" hanna senyum-senyum tak jelas, ada gunanya juga ia mengikuti galang kerumahnya.

"Kamu jangan macem-macem...kamu jangan pulang terlalu malam okeh.." tak mengambil waktu hanna langsung mematikan sambungan telponnya.

"Apa justin itu..." lagi-lagi hanna memotong pembicaraannya.
"Iya justin namanya" hanna merenggut tak suka mendengar namanya saja ia sudah sebal, apa apaan main di jodoh-jodohkan saja! Ia masih kesal. Sedangkan galang hanya membuat huruf O dengan mulutnya.

"Lo harus pulang...sekarang gue harus siap-siap buat kerja" mata hanna tak lepas dari aktivitas galang, saat ini galang sedang membawa gelas teh yang sudah habis dan membereskan sedikit barang yang terlihat tak beraturan.

"Lo kerja dimana?"
"Di warung mie ayam dekat kampus...udah sekarang lo minta jemput supir lo... tadi gue denger lo punya supir" hanna langsung menuruti perintah galang untuk meninggalkan chat pada pak wawan.

"Gue kapan-kapan mampir deh" wajah hanna tak beralih pada galang, "lo di kampus keliatannya temen lo cuma cowok yang rambutnya pirang itu ya?"
Galang mengangguk "iya...sekarang gue udah siap...lo udah kasih tau supir lo? Hanna mengangguk pelan. Rasanya kepalanya sedikit pusing, tangannya memijat pelipisnya pelan.

"Lang?"
"Hm.."
"Kepala gue pusing" setelah tau galang menghampiri hanna, "gue harus gimana?" Hah hanna menatap tak percaya galang, ya melakukan apaan kek! Hanna kesal dirinya memang akhir-akhir ini sering pusing, kan gara-gara kehamilannya! Galang tidak peka!

"Gak usah ngapa-ngapain!"

Hari ini, menjadi hari yang melelahkan bagi galang, hanna hamil, kabar itu sangat mengganggu pikirannya, seperti malam ini, raganya begitu cekat menghantarkan mie buatannya, tetapi hati dan pikirannya terkuras habis, lelahnya sangat terasa, apa yang harus ia katakan jika bertemu dengan orang tua hanna. Ya ampun pikirannya seperti benang kusut sekarang. Tetapi hanna berhasil meyakinkannya, ini ulahnya tidak seharusnya ia menjadi pengecut bukan? Masalah tertolak atau tidaknya itu masalah nanti...........dan hey!.......... hanna hamil itu masalah besar bukan?. Tetapi bagaimana dengan ibunya. Hhh ia harus cepat-cepat memberi tahu ibunya!

💙✊✊✊✊✊✊✊✊✊✊

HELLOfutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang