#50

78 11 0
                                    

"Stt....sudah-sudah....lain kali tidak boleh seperti itu...." sudah hampir lima belas menit Hanna terus menangis.

"Maaf...tadi ibu hanya emosi" mengelus punggung Hanna lembut.

Setelah Hendra datang kerumahnya, dan pada akhirnya Hendra mengetahui semuanya. Desi tidak pernah menyangka akan seperti ini jadinya. Malam itu Galang terdengar banyak mengobrol dengan Hendra. Sedangkan Desi yang hanya diam di kamar tanpa menutup pintu kamarnya. Terdiam mendengarkan obrolan sang anak dengan sang Ayah yang sudah terlalu lama tidak bertemu itu.

Sampai akhirnya Hendra pergi dan Galang dengan tiba-tiba mengatakan hal lain yang membuat Desi terkejut bukan main. Galang yang mengatakan orang tua Hanna mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Setelahnya ia sempat memarahi Galang dan Hanna karena ulahnya itu.

Kenapa baru memberitahu sekarang!

Tidak habis pikir. Desi sempat mendiamkan keduanya tanpa bicara ia bisa melihat Galang dan Hanna yang terus meminta maaf padanya.

"Seharusnya kamu bicara dari awal" tatap Desi pada Galang.

"Maaf bu..." tunduk Galang.

"...hiks" Hanna merenggangkan pelukan Desi.

Menatap Hanna perihatin lalu memeluknya kembali.

"Besok kita kemakam orang tuamu..." lalu Desi melihat jam dinding sejenak. Sudah pukul dua belas malam.

"Sudah...jangan menangis lagi...sebaiknya kalian cepat tidur" titah Desi, lalu meninggalkan keduanya. Karena ini kamar Desi yang akan di tempati Galang dan Hanna, ia pergi ke kamar Galang yang memiliki kasur single itu.

Tidak suara selain isakan yang di keluarkan Hanna. Galang yang tadinya berdiri menghampiri Hanna yang terduduk di sisi ranjang.

"Sudah malam. Sebaiknya lo tidur" diam-diam Galang melirik Hanna di sampingnya. Hanna masih saja mengeluarkan air matanya.

"Mm...s-sudah" ragu tangan Galang menyentuh punggung Hanna. Pada akhirnya tidak ada penolakan dari Hanna, dan Galang mencoba menenangkan Hanna.

Tak lama Hanna berangsur menjauh kebelakang untuk tidur. Matanya terasa bengkak dan hhidungnya juga tersumbat akibat acara menangis tadi.

Lagi-lagi ia teringat orangtuanya apalagi sang ibu. Rasanya ia begitu sangat merindukannya.

Memeluk guling dan mencoba menutup matanya. Kepalanya cukup pusing.

Galang yang memutar sebagian tubuhnya untuk sekedar melihat Hanna.

Tak lama Galang pun menyusul untuk menidurkan dirinya.

Menyamping menghadap Hanna yang memunggunginya. Galang melihat bahu Hanna yang terlihat gemetar. Hanna masih menangis?

Terus memandangi tanpa berniat melakukan atau mengatakan apapun.

"Besok kita kemakam orang tua gue kan?" Tanya Hanna tiba-tiba dengan mata merahnya. Galang yang terkejut karena Hanna tiba-tiba saja berbalik padanya.

Apa Hanna tau ia belum tertidur?

Hanya anggukan yang di berikan Galang. Terpaku yang melihat pipi Hanna yang penuh air mata.

"Jangan terus menangis" ucap Galang yang tak sadar tangannya mengusap pipi basah Hanna.

Hanna diam dan berkedip mengeluarkan air matanya lagi.

Lalu Galang mengusap kedua sisi mata Hanna.

"Gue kangen sama mama" menutup mata dan terisak pilu.

Karena terbawa suasana. Galang beringsut mendekatkan diri pada Hanna dan memeluknya.

Tak menolak, Hanna malah mengeratkan pelukannya pada Galang.

HELLOfutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang