#19

69 13 0
                                    

Beberapa bulan sebelum perjodohan itu terjadi....

"Apa aku tidak salah dengar? Dijodohkan?" Saat ini justin sedang sibuk-sibuknya, berkas-berkas masih menumpuk tetapi ibunya datang dengan kejutannya. Perjodohan? Hh... Terlalu membuang waktu untuk sesuatu yang tidak terlalu penting baginya. Sungguh ia benci jika ibunya sudah membahas soal perjodohan. Memangnya ia sudah terlihat terlalu tua? Untuk segera menikah? Ia masih cukup muda untuk itu! Tetapi ia tak sampai hati jika harus melukai persaan ibunya. Ia harus mengontrol emosinya.

"Iya, ibu sudah lihat, dia cantik. Ibu suka. Coba lihat ini" wanita dengan surai pendek itu menyodorkan handphonenya ke depan wajah justin. Astaga, bagaimana ibunya bisa berprilaku seperti itu. Ibu, bisakah memperlihatkan fotonya dengan baik? Justin berkata dalam hati.

"Bagaimana? Dia terlihat menyenangkan di foto ini...betul kata amar putrinya sangat cantik. Namanya hanna" ya tuhan, ibunya terlihat sangat senang. Ia tersenyum saat ibunya tersenyum. Hanya itu yang dirinya bisa.

"Iya cantik" memang terlihat cantik. Terlihat masih muda, itu umum di mata lelaki normal jika melihat wanita cantik, ia tak menampik. Tetapi hatinya tak tersentuh sama sekali oleh kecantikan wanita itu. Dengan memuji wanita itu , justin rasa bisa membuat ibunya senang.

"Lain waktu kamu harus berbicara dengan amar, dia cukup terkenal di dunia bisnis. Ibu sudah pernah bertemu dengannya" justin hanya tersenyum. Ia rasa tau. Alasan yang membuat ibunya memperkenalkan wanita itu.

"Ya sudah ibu pergi dulu. Jangan lupa untuk berbicara dengan amar. Nanti ibu kirimkan nomornya. Oke?" Justin hanya menghela nafas pelan. Senyum itu selalu terbit di wajahnya.

Brugg...

"Amar sepertinya justin menyukai hanna. Dia bilang hanna cantik! Dia juga tersenyum. Apa aku bilang justin anak yang penurut" senyum itu terus mengembang perbincangan itu terus berlanjut di telpon.

Justin baru saja ingin mengistirahatkan tubuhnya. Walaupun ini kantor, disana ada sebuah ruang khusus untuk sekedar beristirahat. Tetapi ibunya datang. Jujur itu hanya mengganggu wakyunya.

Bersandar di kursi kebesarannya dan memejamkan mata lelahnya tetapi pikiran yang melayang entah kemana. Perjodohan? Memang apa yang membuat ibunya membuat perjodohan itu? Ia sudah mempunyai nama dihatinya, nama yang selalu ia cintai. Tetapi ibunya tak pernah merestui hubungan keduanya.

Risa. Ia rasa nama itu selalu ada di benaknya sampai kapanpun.

~~~

Hari ini terlihat mendung. Suasana hari ini mencekam, warna hitam di langit begitu pekat. Pasti hujan datang lebih lama.

"Risa tunggu! Kamu tidak harus mendengarkan omongan ibu! Kamu hanya punya aku. Tolong kali ini saja" mata itu terlihat memohon dengan iringan gerimis yang mulai menampakan wujudnya.

"Aku tidak peduli! Biarkan saja semua orang tau jika aku miskin! Asal kamu tau aku ini hanya parasit! Dan jangan mendekat! Cukup. Aku juga memohon" melemah di akhir kalimat. Membuat justin semakin merasakan sakit. Apa risa sudah menyerah? Tangis risa tak terlihat. Hujan sudah mulai deras.

Beberapa jam yang lalu....

"Justin. Kenapa kau membawa perempuan itu?"

"Ibu aku mohon jangan selalu seperti ini"  bisiknya. justin berusaha selembut mungkin menghadapi ibunya. Risa terlihat tidak enak. Justin memaksanya untuk memakai baju semewah ini dan mengajaknya ke acara mewah ini. Bahkan ia tidak tahu pasti tidak tahu acara apa macam apa ini? Orang-orang terlihat seperti bukan tamu-tamu sembarangan.

"Jesica. Hey lama  kita tidak bertemu" seru tamu wanita dengan pakaian seperti kurang bahan itu. Jesica yang tadinya disisi justin kini mengabaikannya. Justin lega, setidaknya risa tak di buat risih oleh ibunya.

HELLOfutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang