#7

115 15 0
                                    

Hanna, kamu harus jemput justin malam ini" amar menyaringkan suaranya.

"Katanya dua bulan lagi dia pulang, tapi kenapa sebulan lebih cepat" gumam amar pelan tapi tetap terdengar oleh lisa dan hanna.

"Apa harus aku?" Tanya hanna. Pasalnya ia sangat malas sekarang. Amar tidak akan memaksanya kan? Hanna berharap.

Hanna langsung mengalihkan atensinya pada lisa yang ada di hadapanya. Lisa langsung merespon hanna dengan senyumannya, pasti mamanya akan mengikuti saran papanya.

Ya ampun sungguh malam ini dirinya ingin rebahan sepuasnya. Ini minggu malam. Besok ia harus kuliah pagi.

"Sepulang dari prancis justin akan meminang kamu secepatnya, kamu harus berprilaku baik padanya, jangan sampai memalukan keluarga besar" hanya keheningan yang di dapat.

Lisa tak berani merespon apapun, jika itu keluar dari mulut amar.

"Tapi badanku lagi gak enak" hanna mencoba membujuk amar. Ya lagi pula akhir-akhir ini meeasa badannya selalu terasa lemas. Lisa bilang mungkin hanna kurang beristirahat karena urusan kuliah yang padat.

"Kamu masih bisa makan kaya sekarang, itu tandanya kamu gak sakit, lagian cuman ke bandara... " tegas amar. Hanna langsung tidak mood makan, ya memang sekarang ini keluarga itu sedang makan malam, terlihat lauknya sangat menggiurkan pastinya lezat bukan. Tetapi hanna yang memang tadinya ia tidak nafsu makan, semakin tidak nafsu lagi setelah memaksanya untuk laki-laki bertama justin itu.

Hanna ingin menangis rasanya. Ia sangat kesal dengan amar. Saat membuka pintu kamar hanna sedikit menyentaknya. Sampai terdengar~~

Brugg.....

"Kamu lihat anak kamu...makin susah di atur" terlihat kesal di wajah amar, setelah ini apa? Lisa, lisa dan lisa pun kena batunya.

"Kamu seharusnya mendidik dia lebih keras...lebih disiplin...bagaimana anak itu bisa berubah, hhhhh.....sekarang aku tau kenapa anak itu selalu membangkang....didikanmu terlalu lembek....seharusnya kamu tidak melakukan kesalahan itu, jika tidak bisa mendidik anak tidak usah punya anak. Seharusnya tidak usah dengarkan kata ayah....aku menyesal..." amar mendelik tak mau menatap lisa.

"Anak itu..." amar belum sempat melanjutkan, lisa menyela, ia tadinya ingin diam tapi amar, amar selalu menyalahkan semua yang telah terjadi padanya, kesalahan, kesalahan apa yang dia perbuat! Lisa rasa kesalahannya hanya satu ia mencintai amar hanya itu! Iya yakin! Hanya itu.

"Cukup jangan sebut hanna anak itu...siapa yang kamu sebut anak itu!! Hah jawab aku, jawab mas! ....." Derai air matanya terus mengalir setelah ia tahan sedari amar bicara tentang dirinya.

"Kesalahan, aku memang punya satu kesalahan dan itu yang buat aku bertahan disini, karena hidupku hanna dan kesalahanku karena mencintai kamu!! Cukup buat aku makin bersalah karena cinta itu! Selama ini, apa aku kurang membuat kamu luluh. Tidak ada hasil? ......bahkan aku tau hasilnya lebih dulu...aku tau....aku tau diri.

Tidak ada timbal balik dalam perasaan, dan tidak masalah buat aku!!" Lisa terengah. Bohong. Sebenarnya sangat menyakitkan.

"Tapi tolong hargai perasaan hanna, dia putri kita satu satunya" air matanya tak lekang waktu, terus membanjiri pipinya. Ia tidak peduli apa amar akan marah besar setelah ini.

"Kamu bicara panjang lebar aku tidak peduli" amar terlihat acuh...namun hatinya berkata lain, sejak kapan lisa berani membentaknya seperti tadi itu, apa dirinya sangat keterlaluan? Hhh ia tak mau memikirkannya.

"Aku pulang sedikit larut, sarah sedang sakit" hanya itu dan berlalu....

Sungguh hanna sangat sakit mendengarnya, walau ia sudah memberi sinyal pada hatinya untuk tetap kuat, apa bentengnya kali ini sedikit retak?

HELLOfutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang