"Hanna...kamu sudah pulang? Kamu cepat mandi lalu makan...mama mau ngomong sesuatu sama kamu?"
"Ngomong apa mah?"
"Sudah...mandi dulu sana..." Hanna terlihat keheranan. Lisa terus saja menyuruh Hanna untuk mandi.
"Sudah...cepat mandi dulu...mama tunggu" lisa melihat Hanna mulai menaiki tangga, setelah pembicaraannya dengan amar kemarin lisa memutuskan untuk memberitahu Hanna hari ini tentang mas Amar yang kehilangan perusahaannya dan harus segera meninggalkan rumah ini. Lisa jadi cemas sendiri, apa respon yang akan di berikan Hanna nanti. Hhh...lisa mencoba menormalkan nafasnya, ini sudah sore kenapa mas Amar belum pulang?
Selama lisa menata makanan di atas meja tampak Hanna menghampiri lisa.
"Mama mau ngomong apa?"
"Hanna jangan buat mama kaget" seru lisa.
"Maaf...mama katanya mau ngomong sesuatu?"
"Kamu cepat sekali mandinya"
"Hehe...aku tidak mandi, di luar hujan, rasanya sangat malas mandi" lisa melihat Hanna yang terus mengelus perutnya lalu lisa mengangkat kedua alisnya.
"Mmm...itu pasti juga bawaan bayi...kamu tau mama sering begitu saat hamil kamu" bisik lisa.
"Apa iya?"
"Mmm...waktu kamu masih di kandungan mama...rasanya mama hanya mau melihat wajah papamu...kamu tau itu? Rasanya sangat menyenangkan" Hanna memperhatikan senyum lisa.
"Ingin selalu melihat papa? Bagaimana melakukannya?" Hanna tau orang tuanya tak seharmonis itu untuk saling pandang. Hanna tidak bermaksud membuat mamanya sedih. Lisa seketika terhenti tersenyum.
"Ya mungkin jika papamu sedang tidur? Ahh mama tidak ingat, lebih baik cepat kamu makan dulu" lisa mengalihkan pembicaraan, mengingat masa-masa itu membuat perasaannya sedikit berdenyut.
"Mama juga harus makan, kenapa mama malah melihatku saja..." lisa tersentak...
"...iya kita makan" Tetapi atensi lisa belum beralih dari Hanna, dirinya begitu mencemaskan sikap Hanna nanti.
"Apa papa belum pulang?"
"Belum"
"Mama tau papa terlalu sibuk dengan pekerjaanya, apa papa masih punya hubungan dengan perempuan itu?" Lisa menatap Hanna. Tiba-tiba sekali.
"Kamu terus bicara...habiskan makananmu" sedikit terdengar ketegasan di telinga Hanna. Tak bicara apapun lagi Hanna hanya ingin menuntaskan makanannya untuk tau apa yang akan mamanya bicarakan.
~~~
"Ada perlu apa? Siapa yang menyuruhmu masuk"
"Jangan selalu bersikap seperti itu padaku..."
"Saya sedang sibuk. Lebih baik anda pergi" sarkas Amar. Ia melihat yuanwar masuk begitu saja keruangannya.
"Jangan sok kamu...perusahaan ini sudah jadi milik saja...sikapmu yang masih seperti atasan di perusaan ini hilangkan. Tidak tau diri"
Amar yang terlihat acuh dengan yuanwar mulai menampakan urat-urat di lehernya, mencoba menahan amarahnya yang sangat luar biasa. Apa yang barisan tua bangka itu katakan? Ia tidak salah dengarkan?
"Apa maksud anda?"
"Beberapa bulan ini...semua yang mengurus data untuk mengambil alih perusahaan ini bawahan saya...saya cukup duduk dan menunggu. Tidak sia-sia saya membayarnya mahal hasilnya sangat mengesankan" kekeh yuanwar.
Amar hanya duduk terdiam amarahnya belum reda sama sekali. Jadi semua ini ulah yuanwar? Brengsek! Tua bangka brengsek. Mengapa ia bisa terjebak dengan masalah sialan ini. Dan memang hari ini ia akan bertemu dengan seseorang yang katanya akan mengambil alih perusahaan ini. Sialan!
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLOfuture
RomanceJangankan untuk mengalihkan dunia mengalihkan dirimu saja ku tak bisa. Sinarnya selalu padam saat kau tak melihatku dan teriknya membuatku ingin menyerah. Tetapi saat musim hujan datang apa kau sudi berteduh di hatiku. Oh .... cinta bahkan sebelumny...