"Kamu masuk hari ini?"
"Iya pak" senyum Galang.
"Bagus, cepat ganti bajumu" perintah kepala pelayan itu.
"Baik pak"
Seperti yang di sebutkan, Galang akan masuk kerja hari ini, mengerjakan aktivitasnya seperti biasa, menyulam asa di setiap harinya jujur bahkan Galang merasakan tubuhnya merasa sangat lelah dan sedikit pusing sekarang, ia harus bekerja dengan hati-hati supaya tidak terjadi kesalahan dalam pekerjaannya.
Setelah beberapa jam meladeni pengunjung, Galang akhirnya terduduk, ia merasakan badannya semakin tidak enak. Mencoba menghela nafas pelan, atensinya ia edarkan ke penjuru restoran, begitu banyak pengunjung hari ini semakin pusing saja kepalannya. Kepalanya sedikit ditundukan mencoba memejamkan matanya. Kerutan di dahinya semakin terlihat. Ya ampun rasanya ia akan tumbang sekarang. Di bukakan matanya pandangan semakin gelap, tangannya mencoba menopang ke meja di depannya.
Seperti ada yang menepuk bahunya, Galang menoleh namun karena pandangannya semakin menggelap, Galang tak sadarkan diri.
~~~
Kepalanya sedikit berdenyut, Galang memegang pangkal hidungnya sekedar menekan supaya meredakan rasa sakitnya. Tersadar, Galang melihat sekeliling, dimana ia sekarang? Memperhatikan seluruh badannya. Apa ini baju pasien?
"Sudah sadar ternyata" perempuan itu? Ia mengingat saat ada seorang perempuan menepuk pundaknya dan saat itu pula kesadarannya hilang.
"Apa ini rumah sakit?" Rasanya Galang pun yakin ini rumah sakit.
"Iya. Tadi lo pingsan, saya yang bawa kamu kesini" Galang sedikit mendelik, pingsan?
"Kamu tadi pingsan cukup lama, kata dokter kamu demam" mendengar dirinya demam, Galang langsung tersadar, sekujur tubuhnya sangat lemas dan sakit.
"Kamu pelayan direstoran itu?" Galang mengangguk. Sepertinya tak perlu menanyakan hal itu, perempuan di depannya ini sudah tau.
"Saya pemilik restoran itu. Elsa" perempuan itu seperti akan menjabat tangan. Galang tak menolak karena ternyata perempuan ini atasannya. Terlihat masih muda, hebat sekali sudah memiliki bisnis di usia mudanya pikir Galang.
"Galang" parau Galang, kenapa suaranya tidak keluar?
"Terima kasih sudah membawa saya kerumah sakit, sebaiknya saya pulang hari ini" sungkan Galang. Ia jadi mengingat berapa biaya yang harus ia bayar jika berada terlalu lama disini. Baru sekali seumur hidup ia berada disini.
Galang ingin beranjak.
"Kamu masih di infus, sebaiknya beristirahat saja"
"Maaf bu. Tapi..." ahh Galang malu mengatakannya. Perempuan itu mengangkat alisnya.
"Sudah saya ada urusan penting, saya permisi. Kamu bisa cuti hari ini"
"Tidak apa-apa bu. Sebaiknya saya pulang saja"
"Saya lihat wajahmu sangat pucat. Jangan keras kepala"
"...tapi saya takut tidak bisa membayar biaya rumah sakit ini bu..." Galang merutuki mulutnya yang asal ceplos saja. Memang sekarang ini tabungannya sangat tipis, tidak ada jika untuk membayar biaya rumah sakit, apalagi takutnya sampai berhari-hari.
"...saya sudah mengurusnya...hanya itu? Saya masih ada urusan...nanti dokter kesini untuk memeriksamu" perempuan itu terlihat acuh dengan pernyataannya. Galang mencoba membaringkan lagi tubuhnya. Galang bisa merasakan bahwa dirinya sedang demam. Bagaimana ia harus menghubungi ibunya. Apa ia harus kabur dari sini, hhh...sepertinya itu ide yang buruk. Ia tak senekat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLOfuture
RomanceJangankan untuk mengalihkan dunia mengalihkan dirimu saja ku tak bisa. Sinarnya selalu padam saat kau tak melihatku dan teriknya membuatku ingin menyerah. Tetapi saat musim hujan datang apa kau sudi berteduh di hatiku. Oh .... cinta bahkan sebelumny...