#26

72 11 0
                                    

"Bu...apa disini tempatnya?"

"Sepertinya iya. Ini tempatnya. Coba kamu cek lagi" desi menyodorkan selembar kertas pada galang. Galang mencoba mengeceknya. Ia melihat rumahnya. Ini sangat masih terbilang sederhana tetapi lebih besar dibandingkan rumahnya yang dahulu.

"Iya. Benar" jelas galang.

"Kita masuk" desi membawa tas besarnya.

Hari yang begitu panjang. Galang dan desi menempuh jarak yang begitu jauh. Hampir empat jam mereka berada di dalam kendaraan umum. Akhirnya sampai. Bibi wati memberitahu bahwa ada tempat yang kosong di kota ini. Ternyata itu milik bibi wati dan paman jaka sewaktu di kota ini. Bibi mencoba mencari informasi tentang tempat ini ke tetangganya yang dahulu lewat telpon. Ternyata rumahnya kosong, bibi wati sempat menjual tanah ini tetapi sudah hampir empat tahun tanah itu tidak di apa-apakan. Oleh Karena itu, galang berniat membeli rumah sederhana ini tetapi tabungannya tidak cukup untuk itu. Galang hanya membayar setengahnya. Untuk setengahnya ia bisa menyicilnya. Bersyukur pemilik tanah ini memberi keringanan pada galang soal pembayaran.

~~~

"Yah...leon mau keluar sebentar"

"Kamu sudah izin dengan mamamu?" Pemuda itu terlihat berdecak.

"Ayah tau mamah akan melarangku...aku pergi"

Ia memaklumi anaknya. Selalu acuh dengan ibunya. Pernah suatu hari leon baru memasuki kelas lima SD.

Flasback on

"Kemana leon?"

"Tadi dia baru pulang. Jangan kamu memarahinya" hendra tau tabiat istrinya selalu melarang leon ini itu. Leon melakukan kesalahan sekecilpun apapun diana memarahi leon.

"Jangan cegah aku mas!...anak itu perlu di kasih pelajaran...tadi wali kelasnya telpon, leon membuat ulah di sekolah...dia memukul temannya sampai babak belur! Mas harus tau itu!" Diana. Ia langsung pergi ke kamar atas dimana leon berada. Jujur hendra terkejut. Leon memang sangat tidak bisa di atur tetapi jika sampai memukul seseorang sampai babak belur itu keterlaluan.

Hendra beranjak dari duduknya. Koran itu ia simpan di dekat kopi yang belum ia minum. Untuk melihat leon.

"Leon buka pintunya!...leon mama akan sangat marah jika kamu tidak membuka pintu!"

"Apa...?aku sedang mengerjakan PR ku..." malas leon. Diana tidak habis pikir. Anaknya ini seperti tidak habis membuat kesalahan.

"Apa benar kamu berantem? Hah? Kamu jangan buat malu mama dong ahh....kata wali kelas mu kamu berantem gara-gara perempuan?! Mau jadi apa kamu perempuan kok di rebutin!"

"Mah...mamah jangan sok tau..." diana membuka mulutnya lebar-lebar anaknya mengatainya sok tahu?!

"Perempuan itu yang mengejarku. Dia yang tak tau diri. Sudah punya kekasih masih centil denganku. Jika sukanya denganku seharusnya jadian denganku. dasar aneh"

Hendra terus memperhatikan istri dan anaknya berdebat di dekat diana. Ia sudah hampir terbiasa dengan semuanya. Diana yang keras kepala dan leon sama saja.

"Sudah...biarkan leon beristirahat...kamu sebaiknya membuatkanku makanan" lerai hendra.

Diana pergi dari lantai atas sambil misuh-misuh tidak jelas.

Flasback off

"Lo jangan ngerokok mulu dong...gue sesek nih" ucap remaja yang masih memakai seragam putih abunya. Leon hanya diam tak merespon.

"Kalo gak mau sesek keluar dari sini" bukan leon tetapi remaja satu lagi yang berbicara.

Sepulang sekolah leon menyempatkan pulang dahulu kerumahnya. Sekedar mengganti baju. Jika tidak begitu mamanya akan memarahinya dua kali lipat.

HELLOfutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang