#44

66 9 0
                                    

"Enggak aktif..."

"Coba lagi" titah Galang.

Dan Hanna kembali menelpon seseorang. Nihil, Hanna merenggut kesal sekarang. Dan sekarang handphonenya malah mati mendadak. Apa ia lupa mengecasnya?

Hanna terus memegang ponsel Galang, dan terus memperhatikan gambar tersebut.

Tak lama Hanna melempar kasar handphone Galang ke ranjang. Ini pasti mimpi, tubuhnya sedikit gemetar sekarang, cepat-cepat ia mengambil baju di dalam lemari dan kembali masuk ke kamar mandi untuk memakai pakaiannya.

Reaksi yang di berikan Hanna juga membuat Galang panik bukan main, ia kembali melihat ponselnya yang tergeletak. Memperhatikan lamat-lamat gambar di ponselnya itu. Apakah ini benar?

"Galang! Lo ngapaiiin! Cepetan" terlihat Hanna sudah terlihat mengganti bajunya. Hanna dibuat kesal karena Galang hanya berdiam diri sambil fokus memperhatikan layar handphone nya.

"I-iya...gue pake celana dulu..."

"Gak usah!" Dengan paksaan Hanna menarik tangan Galang.

"Hanna...masa gue pake beginian" Hanna sudah terlihat ingin menangis, seketika hati Galang luluh.

"I-iya...a-yo...ayo" ajak Galang.

"Kita naik apa?" Rengek Hanna. Tidak ada kendaraan lain dirumahnya kini, mobil satu-satunya di bawa oleh orang tuanya pergi.

Orang tuanya? Ahh rasanya membuat Hanna takut, dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan datang.

"Taksi online?" Usul Galang.

"Lama..." rasanya Hanna ingin menangis disini.

Menghela nafas sabar, Galang menuntun tangan Hanna untuk berjalan ke kedepan jalan raya, pasti banyak angkutan umum.

"Tunggu disini" perintah Galang pada Hanna. Galang terlihat menyebrang jalan untuk menghampiri salah satu angkot di sebrang sana.

Beberapa menit berlalu, Galang sudah terlihat kembali dan menghampiri Hanna yang menunggu.

"Ayo.." Ajak Galang menggenggam tangan kanan Hanna untuk menyebrang.

"Tadi lo ngapain"

"Nyewa angkot"

Galang dan Hanna sudah disini, di dalam angkot dalam keadaan yang tidak tenang. Informasi yang di buat oleh salah satu berita online, membuat Hanna shock. Dan flat nomor itu...

Genggaman Hanna pada Galang cukup erat, tak sadar Hanna menangis di bahu Galang, pikirannya sudah sangat kalut sekarang. Sedangkan Galang hanya bisa mengusap punggung Hanna pelan.

Sekarang mereka sedang menuju rumah sakit yang telah di tuliskan di informasi berita online itu.

"Pak! Bisa lebih cepat?!"

"Sabar neng, ini juga udah di atas standart"

Helaan nafas Hanna terdenger, isakannya juga masih terdengar.

"Sudah...semoga saja semua itu tidak terjadi" Galang hanya bisa, terus mengulang kata-kata yang membuat Hanna lebih tenang.

"Gimana kalau itu terjadi...Galang...hiks" Hanna memeluk tubuh Galang erat di sampingnya. Semakin menjadi saja tangisnya.

"Udah sampai neng" ucap sopir angkot itu. Galang dan Hanna langsung menuruni angkot tersebut.

"Pak...tunggu yah..." sopir angkot itu sudah mengerti, dan menganggukan kepalanya, pemuda ini sudah menyewa angkotnya sebelumnya untuk pulang pergi.

"Apakah ada pasien yang bernama Amar dan Lisa?" Perawat itu terlihat terdiam, dan memperhatikan pemuda di depannya. Galang yang sadar akan penampilannya sekarang mencoba mengacuhkannya. Boxer yang di pakainya cukup mencuri perhatian ternyata.

HELLOfutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang