#59

69 20 2
                                    

Rasanya aneh sekali malam ini. Galang merasa ada yang mengganjal di hatinya. Galang terus teringat kata-kata Hanna? Apa Hanna yakin dengan keputusannya? Mengapa hatinya menjadi khawatir dan tidak tenang?

Cklek...

Galang menolehkan atensinya pada Hanna yang baru memasuki kamar. Sebelumnya Hanna di panggil oleh ibu Galang. Galang pun tidak tau mereka membicarakan apa tanpanya.

Melihat Hanna yang mendekat semakin tak karuan saja yang Galang rasakan. Sepertinya hati Galang ingin mengatakan sesuatu itu. Sesuatu dalam hatinya. Tetapi ia tidak tau apa itu.

"Ibu bilang keputusan ada di tangan gue" hhh...Hanna jadi teringat mertuanya menangis karena masalah ini barusan. Hanna terduduk di tepi ranjang samping Galang. Menggigit bibirnya mengerutkan kenngnya dalam tampak berpikir.

"Gue tanya sekali lagi. Gimana pendapat lo?" Sejujurnya Hanna geregetan dengan Galang karena pendapat yang Galang berikan sore tadi tidak membuatnya mendapat sebuah jalan.

"Memangnya apa yang lo harapkan dari gue?" Sepertinya Galang memancing Hanna. Dalam hal apa? Ia pun tidak tau.

Melihat Hanna yang hanya terdiam memandang lurus kedepan tanpa mengalihkan pandangannya. Galang hanya tersenyum iba pada dirinya sendiri. Keterdiaman Hanna sudah menjadi sebuah jawaban yang meyakinkan untuknya.

"Lo akan lebih baik tanpa gue" menepuk pelan bahu Hanna.

"Ya...gue juga berpikir seperti itu" kekehnya. Jujur, Hanna sama sekali tidak berpikir bahwa ia akan lebih baik jika pergi dari sini. Hatinya terombang ambing masih menerka. Kehidupan yang bagaimana yang harus ia Alami.

Mengingat yang sepertinya keputusan Hanna tentang kepergiannya sudah hampir bulat. Galang hanya ingin membicarakan hal ini sekarang.

Menelan ludahnya. Rasanya gugup. Ia pun tidak mengerti mengapa harus seperti ini.

"Hanna...." tanpa melihat ke arah Hanna. Tertunduk malu.

"Ya?" Keduanya berbicara tanpa memandang wajah satu sama lain.

Apa yang harus ia sampaikan?

"L-lo cantik..." itu sebuah pengakuan. Sebenarnya hatinya ingin mengatakan apa sih? Rasanya bukan itu yang mau ia sampaikan. Walaupun tidak ada yang menyangkal bahwa Hanna memang cantik. Akhir-akhir ini pun ia merasa kagum dengan cantiknya Hanna.

Hanna memandang Galang dari samping. Galang terlihat merapatkan bibirnya dalam.

Suasananya begitu dingin. Mereka berdua seperti tidak tau apa yang harus mereka bicarakan.

Tiga menitan berlalu...

Mengepalkan tangan tidak tahan akhirnya Galang mengatakan satu kalimat lagi pada Hanna.

"Bagaimana kalau gue...g-gue punya perasaan lebih?" Apa kata-katanya tepat? Galang pun tidak tau. Ia bingung mendeskripsikan perasaan nya. Perasaan macam apa ini. Ia tidak bisa mengatakannya lebih spesifik.

Ia hanya takut salah berbicara.

Mungkin ini semua hanya Faktor ia mulai terbiasa dengan Hanna? Tidak lebih. Tapi kenapa ia malah seolah mengungkapkan perasaan yang lebih untuk Hanna.

"Kenapa malah nanya ke gue?" Yap. Seratus. Galang rasa ia salah dalam bertanya. Kenapa ia jadi malu sendiri.

"Hehe...jangan di pikirkan" tersenyum hangat pada Hanna. Tetapi hatinya sedikit pilu.

"Lo aneh" menatap heran pada Galang.

Menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Perkataan Hanna benar adanya dirinya aneh.

HELLOfutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang