Awal Mula

3.3K 214 7
                                    

Halo semua, ini cerita kedua aku yang aku tulis dengan penuh cinta. Jadi aku harap kalian suka dengan cerita ini.

Happy reading~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Seorang gadis keluar dari bandara Kuala Namu. Dia menenteng satu koper berisikan barang-barangnya. Mulutnya sedang memakan permen rasa kopi. Namanya adalah Reina, atau kepanjangannya Kein Reina Aflastar.

Kita panggil saja Reina. Reina membuka kaca mata hitamnya dan melihat sekeliling. Dia menarik nafas dalam lalu tersenyum tipis.

"Selamat datang di Indonesia." Reina melangkahkan kakinya keluar dari bandara. Keluar dari kerumunan orang-orang yang mau pergi atau pulang.

Dilihatnya sekeliling banyak orang yang dijemput keluarganya. Reina melihat dirinya sendiri, tidak ada yang menjemputnya, kasihan sekali.

Lalu Reina mengambil ponsel dari dalam sakunya. Dia memesan taksi dari ponselnya. Selang 10 menit taksi itu datang menjemput Reina. Reina pun masuk ke dalam taksi itu.

"Nanti ke minimarket dulu ya Pak, Saya mau beli sesuatu," ucap Reina kepada supir taksi. Supir taksi itu mengangguk.

"Iya Dek."

Selama perjalanan, Reina hanya memandangi jalanan yang padat karena banyaknya kendaraan yang melintas. Reina duduk sambil mendengarkan lagu dari ponselnya.

Tak lama mereka sampai di sebuah minimarket. Reina turun dan masuk ke dalam minimarket itu. Dia mencari sesuatu yang paling dia sukai. Yap, permen kopi dan tiga botol minuman kopi juga.

Reina itu pecinta kopi. Apapun yang berhubungan dengan kopi dia suka. Terutama permen kopi, dia selalu membawa permen itu kemana-mana, itu sudah menjadi hal yang wajib baginya.

Reina membeli tiga bungkus permen kopi yang bertuliskan kopiko dan tiga botol minuman rasa kopi, yang juga bertuliskan kopiko. Setelah selesai Reina menuju kasir.
Pengunjung lain yang mengantri di kasir, pegawai-pegawainya ataupun penjaga kasirnya sendiri, tidak berkedip menatap Reina. Karena Reina begitu cantik walau pakaiannya tidak terlalu mencolok.

"Bidadari dari mana ini?" pikir mereka.

Reina belum sadar kalau dia jadi pusat perhatian. Ekspresinya tetap saja datar. Begitu tiba gilirannya dia memberikan barang yang ingim dia beli ke penjaga kasir.

Penjaga kasir itu malah terbengong manatap wajah Reina. Reina yang jengkel karena penjaga kasirnya terlalu lama pun menggebrak meja kasir membuat beberapa orang terkejut.

Brak.

"Woi Bang! Itu punya saya kapan dihitung? Kalau gak saya bawa pulang aja sekalian! Gamau bayar!" sentak Reina.

"A-ah iya Dek, maaf. Jadi totalnya tiga puluh sembilan ribu ya Dek," reflek penjaga kasir itu. Reina pun langsung memberikan uangnya dan penjaga kasir langsung memberikan kembaliannya.

"Terima kasih ya Dek," ucap penjaga kasir.

Reina hanya berdehem. Lalu ketika dia ingin keluar dari minimarket itu, Suara temannya si penjaga kasir berbicara.

"Mintak nomor hapenya dong Dek," pinta teman si penjaga kasir. Temannya yang lainnya melotot. Berani sekali dia, pikir mereka.

"Gak ada hape!" ucap Reina ketus. Lalu dia langsung keluar dari minimarket itu dengan perasaan kesak.

Yang meminta nomor tadi cemberut. Teman-temannya yang lain malah menertawakan dia. Memangnya siapa yang belum punya ponsel di zaman sekarang?

Pengunjung minimarket yang melihat itu malah merasa gemas dengan Reina. Anak itu benar-benar lucu ketika kesal. Pengen ku karungin tuh bocah, pikir mereka.

Brugh.

Wah sial sekali, seseorang terburu-buru malah menabrak Reina sampai Reina hampir terjatuh. Dia seorang pria memakai masker.

"Eh eh, sorry mbak, saya ngga sengaja." Pria itu langsung meminta maaf dengan perasaan bersalah.

"Aduh Bang, kalau jalan itu matanya jugak digunain Bang!" ucap Reina kesal. Modnya semakin memburuk sepertinya.

"Saya ganti rugi deh."

Reina malah menaikkan alisnya heran. Padahal dirinya tidak terluka sedikitpun, ngapain ganti rugi? Pikir Reina.

Lalu Reina tampak berpikir. "Yaudah, nanti kalau kita ketemu lagi. Saya minta permen kopi aja. Kalau gitu Saya mau pulang." karena malas memperpanjang urusan, Reina hanya mengatakan itu lalu pergi begitu saja.

Orang yang menabrak Reina tadi tersenyum tipis. "Semoga kita ketemu lagi," ucap pria itu. Lalu pria itu memasuki minimarket.

Kembali kepada Reina. Dia sudah masuk ke dalam taxi-nya tadi. Reina menyodorkan satu minuman kopi yang dia beli tadi kepada sang supir.

"Nih Pak, buat Bapak. Biasanya kan laki-laki suka kopi, jadi saya beliin itu aja," ucap Reina. Pak supir menerimanya sambil tersenyum.

"Eh? Terima kasih ya Dek. Harusnya gausah repot-repot," ucap pak supir.

"Gapapa Pak."

Lalu mobil mulai melaju lagi membelah jalanan kota menuju mansion Aflastar. Rumah yang dia tinggali selama 11 tahun. Lalu kini dia kembali lagi setelah menyelesaikan pendidikan SMPnya.

Keluarga Aflastar termasuk ke dalam jejeran keluarga kaya di Asia Tenggara. Keluarga mereka menguasai pasar elektronik yang cukup berpengaruh di Asia Tenggara. Mereka juga bergerak di bidang pembangunan, perangkat lunak dan pendidikan. Nama perusahaannya adalah Aflastar Group.

Riko Danuarda Aflastar adalah pendiri dari Aflastar Group, kakeknya Reina. Awalnya hanya bergerak di bidang pembangunan. Perusahaan tersebut melesat tinggi di tangan anaknya yang bernama Mahardika Aflastar.

Banyak perusahaan-perusahaan lain yang berlomba-lomba ingin mengajukan kerja sama dengan Aflastar Group. Sampailah Aflastar Group menjadi perusahaan raksasa yang sulit sekali untuk dijatuhkan.

"Eh, non Reina? Kenapa non ga bilang kalau mau pulang? Kan biar saya jemput tadi." Satpam sekaligus supir di mansion Aflastar terkejut melihat kedatangan Reina. Dia dengan sigap membukakan pintu gerbang.

"Makasih Pak Asep, Rein cuman gamau ngerepotin," ucap Reina sambil tersenyum. Lalu pak Asep membantu Reina membawa koper, Reina hanya membawa pelastik belanjaannya tadi.

"Gak ngerepotin saya sama sekali kok non," ucap pak Asep.

Banyak para pekerja rumah yang senang karena Reina pulang. Reina adalah anak yang sangat baik menurut mereka, apalagi para pekerja yang sudah sangat lama bekerja di mansion itu.

Mereka sangat merindukan nona mereka yang manis dan lucu itu, siapa lagi kalau bukan Reina. Para pekerja rumah tampak heboh melihat kedatangan Reina yang tiba-tiba.

Reina sangat friendly kepada semua pekerja di mansion aflastar. Dia tidak pernah memandang rendah status orang lain. Walaupun memang keluarga Reina yang lain juga baik, tapi Reina yang paling dekat pada para pekerja mansion.

"Non mau makan apa? Biar Bibi masakin," ucap seorang wanita yang bernama Sry. Orang lain biasanya memanggilnya Sry.

"Nanti aja Bi, Rein ngantuk," tolak Reina.

"Yaudah, selamat istirahat ya non. Tenang aja, kamarnya bersih kok. Tiap hari ada yang bersihin," ucap Bi Sry.

Reina mengangguk pelan. "Makasih ya."

Reina lalu menaiki tangga dan menuju kamarnya. Jalannya saja sudah sedikit sempoyongan karena terlalu mengantuk.

Bersambung......

She Is Rein | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang