01. Tuan Putri Anya dan Kesatria Aram

12.7K 1.2K 745
                                    

.

Mengandung kata-kata kasar dan adegan kekerasan. Mohon bijak dalam menanggapi adegan yang di sajikan.

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Heh, Anjing! Sini lo satu lawan satu sama gue!"

Avraam yang baru saja membanting lawannya hingga terkapar di tanah, kini melihat ke sumber suara. "Di mana ada anjing?" tanyanya. Laki-laki itu menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan seolah mencari sesuatu. "Enggak ada, tuh," lanjutnya.

Roy menggeram. "Lo yang gue maksud, bangsat!" Dia melangkah mendekati Avraam. Tangan kanannya membawa tongkat baseball, yang sudah siap untuk menghantam kepala orang di depannya.

Teman-temannya banyak yang sudah tumbang. Hanya menyisakan tujuh orang yang masih sanggup berdiri untuk berkelahi, salah satunya Haikal, ketua geng Anarchy.

"Heh semprul! Masa orang ganteng kayak gue dikatain anjing. Lo harusnya ngaca, muka siapa yang lebih mirip anjing." Avraam tersenyum miring. Dia sangat suka mengejek lawannya hingga membuat mereka emosi. Karena dengan seperti itu, mereka akan menyerang duluan.

"Bacot, lo!" Roy mempercepat langkahnya, jarak mereka kiri tersisa sekitar lima meter.

Avraam memasang kuda-kuda, kaki kirinya di depan dan kedua tangannya berada di samping wajahnya. Dia memiliki basic Thai Boxing. "Lo berani enggak pakai tangan kosong? Tapi kalau enggak berani, enggak apa-apa, sih."

"Anjing!" Roy melemparkan tongkat baseball miliknya ke tanah, lalu berlari ke arah Avraam. Dia melayangkan pukulan ke wajah Avraan dengan tangan kanannya, saat jarak mereka sudah dekat.

Avraam memblokir pukulan Roy dari wajahnya dengan kedua lengannya. Lalu kakinya melayangkan tendangan ke arah pinggang lawannya, sehingga membuat Roy mundur beberapa langkah.

"Gimana? Sakit enggak?" Avraam menaik-turunkan alisnya. Roy tidak memiliki kemampuan bela diri. Dia menyerangnya serampangan, terlalu banyak celah. Ini akan menjadi kemenangan yang mudah untuknya.

"Bacot!" Roy menyerang Avraam lewat tinjunya lagi. Kali ini bukan hanya sekali, tapi berkali-kali, dia ingin tinjunya mengenai wajah Avraam.

Namun, Avraam menghindar dengan gesit, dan pukulan terakhir bisa tahan dengan lengannya. Pukulan yang dia dapat lebih keras dari sebelumnya, sehingga dia bisa merasa sakit di area yang terkena pukulan. Dia yakin, besok tangannya akan membiru.

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang