51. Permintaan Sang Ayah

1K 284 14
                                    

Halo, mohon maaf lama banget enggak update... Semoga masih nungguin cerita ini...

Silakan Vote & Komen, kalau menurut kalian cerita ini asyik. Kalian juga bisa share, kalau menurut kalian cerita ini seru dan orang-orang perlu baca ini.

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Avraam sudah sadar sejak setengah jam yang lalu. Operasinya cukup lama, karena lukanya cukup dalam. Namun, beruntung pisaunya tidak mengenai organ lain. Kini dia sudah dipindahkan ke ruangan VIP.

"Aku enggak apa-apa, Anya, serius! Kamu istirahat aja di rumah." Avraam dari tadi membujuk pacarnya untuk kembali ke rumah, namun gadis itu bersikeras ingin menemaninya di sini.

"Iya Tuan Putri. Ada kita di sini, kita bakalan jagain Aram," ucap Ryan, yang kini sedang duduk di sofa bersama Kelvin.

"Iya, besok sekolah, kan? Mending pulang aja. Gue mah enggak sekolah juga enggak apa-apa." Ryan memukul kepala Kelvin. "Apa sih, anjir?"

"Lo mah malah cari kesempatan, ya."

"Gue ini setia kawan."

"Alasan aja si Bambang!"

Avraam hanya menggelengkan kepalanya, melihat kedua temannya kini masih adu mulut. Lalu, dia mengarahkan perhatiannya pada gadis yang kini menatapnya khawatir. Avraam menggenggam lengan gadisnya.

"Besok, pulang sekolah kamu bisa ke sini lagi. Sekarang pulang dulu, ya. Aku tau kamu capek."

"Ya udah, aku pulang. Tapi, kamu istirahat, ya." Avraam tersenyum lalu mengangguk. "Besok aku ke sini lagi."

"Iya, aku tunggu." Laki-laki itu mengelus pucuk kepala Greesa.

Pintu ruangan terbuka, Rania adalah orang yang membukanya. Dia tadi membeli beberapa makanan bersama Bagas. Sebelumnya, dia juga sempat makan terlebih dahulu karena Bagas memaksanya.

"Kalian berdua beneran mau tidur di sini?" tanya Rania memastikan. Ryan dan Kelvin mengangguk.

"Kak Ran pulang aja, aku enggak apa-apa, kok."

"Enggak, ah. Aku harus jagain kamu." Rania menyimpan kantung keresek besar di meja, di belakangnya Bagas yang membawa dua kantung keresek yang ukurannya sama dengan yang dibawa Rania. "Taro aja di bawah," ucapnya pada Bagas.

Bagas menuruti perkataan Rania, lalu melirik jam tangan yang ada di langan kirinya. Sekarang sudah jam sepuluh lewat. "Ca, mau pulang apa gimana?"

"Iya, pulang," jawab Greesa.

"Kak Bagas, bisa minta tolong sekalian anterin Kak Ran?"

"Aku enggak akan pulang, Aram."

"Terus Kak Ran mau tidur di mana?" Di ruangan ini hanya ada sebuah sofa dan sebuah kasur yang hanya bisa digunakan untuk satu orang, karena ukurannya kecil.

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang