06. Hal yang Tak Terduga

2.8K 812 180
                                    

Halo, terima kasih karena terus mengikuti cerita Avraam.

Jika suka, silakan Vote, Komen dan Share~

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Avraam mengelap keringatnya dengan handuk yang dia simpan di atas meja. Hari ini adalah jadwal dia berlatih Thai Boxing, kakaknya juga ikut berlatih dengannya. Laki-laki itu mengambil botol air mineral, lalu meminum isinya sampai habis. Cukup melelahkan.

Dia melihat ponselnya menyala. Ada sebuah notifikasi masuk. Segera saja Avraam mengambilnya. Ternyata ada sebuah pesan dari Kelvin.

Kelvin : Ram, lo ditantangin sama Roy. Kemarin dia nyariin, lo.

Avraam : Kenapa emangnya?

Kelvin : Dia bilang lo cemen, gara-gara mundur tiba-tiba.

Avraam : Oh, masalah itu. Enggak apa-apa. Gue lebih baik dikatain cemen, dari pada kena amukan Kanjeng Ratu.

Kelvin : Hahahaha, okelah. Jadi malam ini absen?

Avraam : Enggak tau. Coba lo minta dipukulin sama Bang Gama. Terus berdoa, siapa tau dikabulin. 'Kan, katanya doa orang teraniaya bisanya dikabulin.

Kelvin : Anak bangsat!

Avraam tertawa, lalu meletakkan kembali ponselnya di meja. Kelvin itu gampang dibuat emosi.

"Mas Arya mana?" tanya Avraam saat melihat Rania duduk di sampingnya.

"Udah pulang, katanya ada urusan. Dia juga katanya bakalan sibuk akhir-akhir ini, jadi kemungkinan jarang datang."

Avraam mengangguk. Arya adalah teman SMA kakaknya, dia kebetulan menjadi seorang pelatih Thai Boxing, jadi setiap seminggu sekali atau dua minggu sekali dia datang ke rumah untuk berolahraga dengannya.

Saat SMP dia rutin datang ke tempat latihan, seminggu bisa tiga sampai empat kali. Namun sekarang, dia lebih sering berlatih sendiri, karena kakaknya sudah membuat tempat untuk latihan di rumah. Awalnya berlatih agar memiliki kemampuan bela diri. Tetapi sekarang, dia gunakan untuk berkelahi.

Kakaknya pernah menyarankan agar dia tidak menjadi atlet saja, daripada berkelahi di luar seperti preman. Namun Avraam menolak. Dia tidak ingin mengganggu studinya. Karena jika dia menjadi atlet, otomatis dia harus meluangkan banyak waktu untuk berlatih.

Tidak banyak atlet yang memiliki kemampuan sama baik antara dua hal tersebut. Kebanyakan dari mereka akhirnya mengutamakan latihan dibanding dengan studinya. Adapun yang memiliki kemampuan sama baik, maka mereka pasti menghabiskan waktu untuk belajar dan berlatih saja, tidak ada waktu untuk bermain. Jelas itu tidak sesuai dengan moto hidupnya-belajar serius, main juga serius.

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang