45. Membujuk Pacar Yang Marah

1.1K 265 72
                                    

Halo~ Terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam~

Jika suka, silakan Vote dan Komen~

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Sekarang sudah hampir jam tujuh pagi. Sudah hampir satu jam Avraam berdiri di depan rumah Greesa. Laki-laki itu mengusap wajahnya, semalam dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Karena sampai sekarang tuan putrinya tidak membalas pesannya dan ponselnya tidak bisa dihubungi.

Beberapa kali laki-laki itu berpikir untuk menekan bel, tetapi dia urungkan, karena dia sadar, masih merasa terlalu pagi untuk bertamu.

Avraam terkejut saat merasakan sebuah tangan menepuk pundaknya. "Mau ngapain kamu pagi-pagi udah ke sini?"

"Eh, Kak Bagas. Pulang olahraga?" tanya Avraam basa-basi. Karena jujur saja dia takut dimarahi kalau ketahuan membuat tuan putrinya marah.

"Ya." Bagas memang selalu meluangkan waktu untuk berolahraga sekitar 1,5-2jam setiap pagi di akhir pekan, untuk menjaga tubuhnya tetap fit. "Nyari Eca?"

Avraam mengangguk ragu.

"Kenapa enggak masuk? Eca ada di dalam."

"Saya datangnya terlalu pagi, Kak. Enggak enak."

Bagas mengerutkan keningnya. Pacar adiknya ini sangat tidak pandai membuat alasan. Jika dia merasa kalau sekarang terlalu pagi untuk bertamu, lalu untuk apa dia datang?

"Berantem?" Bagas menghela napas, saat melihat ekspresi terkejut laki-laki di hadapannya. "Mau masuk atau mau dipanggilin Eca?"

"Minta dipanggilin aja, Kak." Avraam merasa lega karena Bagas mau membantunya dan tidak marah padanya. "Makasih, Kak," lanjutnya.

"Urusan kita belum selesai. Tunggu aja, kalau kamu bikin adik saya sedih, liat aja." Bagas membuka pagar, lalu masuk ke rumahnya.

"I-iya, Kak." Dia kira Bagas tidak marah, ternyata dugaannya salah. Semoga saja dia bisa membujuk tuan putrinya, agar dia tidak perlu berurusan dengan kakak iparnya.

Sekitar lima menit kemudian, Avraam mendengar suara pintu pagar yang terbuka. Dia kini bisa melihat tuan putrinya yang selalu saja terlihat cantik, walaupun sekarang hanya mengenakan dress piyama biru muda yang panjangnya mencapai setengah betis dan sebuah kardigan berwarna broken white.

"Kok pagi-pagi udah ke sini?" tanya gadis itu.

"Anya, kita cari tempat buat ngobrol sebentar, yuk."

Gadis itu mengangguk. "Di taman kompleks aja, ya."

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang