18. Aksi Modus

1.7K 503 59
                                    

Halo, terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam~

Jika suka, silakan Vote dan Komen~

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Jam istirahat masih tersisa sekitar lima belas menit lagi. Avraam baru saja masuk ke kelas, setelah tadi dia membeli makanan di kantin terlebih dahulu. Dia belum sempat makan, karena masalah yang terjadi hari ini.

Avraam berjalan menuju kursinya, perasaannya bertambah kesal saat melihat Greesa sedang mengobrol dengan Anissa dan orang yang namanya tidak ingin dia sebutkan. Laki-laki itu menghela napas, lalu duduk di kursinya.

Greesa menyadari kehadiran Avraam yang baru saja duduk di sebelahnya. Dia merasa heran, karena biasanya Avraam selalu makan di luar, dan kembali beberapa menit sebelum jam istirahat berakhir.

"Lah, tumben si Aram makan di kelas," ucap Anissa pada Greesa.

Gadis itu hanya mengangkat bahu. Satu hal lagi yang menjadi perhatiannya. Avraam tidak biasanya memakai topi saat di kelas. Dia belum pernah melihat Avraam memakai topi selain saat upacara bendera. Tetapi, setelah dia mengamati penampilan Avraam, akhirnya dia tau alasannya.

Gadis itu mendekati Avraam, lalu mengusap pakaian milik laki-laki itu. "Kamu abis dicukur? Rambutnya banyak yang masih nempel di baju."

Avraam yang sedang membuka tutup botol air mineral, menghentikan gerakkannya. Dia mengarahkan wajahnya ke gadis yang sedang mengusap area bahu dan punggungnya.

"Emangnya enggak ...." Ucapan Greesa terhenti karena mata mereka bertemu. "... gatel?" kata terakhir yang diucapkan oleh Greesa, lebih mirip seperti bisikan, karena sangat pelan.

Mereka bertatapan, dan jarak wajah mereka cukup dekat.

Greesa menghentikan gerakannya, sehingga tangannya kini mengambang di udara. Jantungnya sudah berdetak tidak keruan. Dia hanya berharap Avraam tidak menyadari perubahan kecepatan detak jantungnya.

Apa wajah Avraam selalu seperti ini?

Pertanyaan itu muncul di benaknya. Dia memang belum pernah mengamati wajah laki-laki ini dari dekat. Walau pengelihatannya sedikit terhalang topi yang laki-laki itu kenakan. Namun, Greesa bisa melihat alisnya yang tebal. Dia juga baru menyadari kalau ternyata Avraam memiliki tahi lalat kecil di area dekat hidungnya.

"Anya, gue tau kalau gue ganteng." Kalimat itu membuat Greesa tersentak. Buru-buru gadis itu menarik tubuhnya menjauh dari Avraam.

"A-aku, cuman ...." Greesa mengehentikan ucapannya, karena dia bingung mencari alasan yang tepat.

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang