09. Kamu Suka, Enggak?

2.4K 722 122
                                    

Terima kasih sudah mengikuti Avraam sampai chapter 9~

Jika suka, silakan Vote dan Komen~

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Sekarang jam istirahat. Seperti biasa Greesa membawa bekal, jadi hari ini dia makan di kelas bersama Anissa, Vanesha dan Zetta. Karena mereka duduk berdekatan. Greesa mengeluarkan kotak bekal miliknya, lalu menyimpannya di meja.

"Eh aku ada kue brownies, kalau mau ambil aja, ya." Greesa mengeluarkan kotak bekal yang lebih kecil dari yang sebelumnya.

"Iya, Ca. Makasih, nanti aku ambil," kata Anissa. Sedangkan Vanesha dan Zetta mengangguk, menyetujui perkataan Anissa.

"Oke, beneran ambil ya. Soalnya aku bawa banyak." Greesa membuka tutup kotak bekal miliknya, lalu mengelap sendok dan garpu dengan tisu. Hari ini bekalnya adalah nasi, ayam suir dan sayur bayam.

Tiba-tiba dia merasakan sebuah tangan di atas kepalanya. Tangan itu mengacak-acak rambutnya. "Makan yang banyak, Tuan Putri," ucap orang itu, siapa lagi kalau bukan Avraam.

Kini pipinya terasa panas. Entah kenapa, setelah dia mendengar ucapan kalau Avraam suka padanya, dari mulut Anissa, dia jadi tidak bisa bersikap biasa saja. Dia selalu merasa aneh, gugup dan malu.

"Iya," kata gadis itu, karena bingung harus membalas seperti apa.

Avraam tersenyum, dia mengangkat tangannya dari atas kepala Greesa. "Gue keluar dulu, ya," ucapnya.

"Eh, Aram." Panggilan Greesa membuat Avraam menghentikan langkahnya yang baru berjalan sekitar satu meter. "Kamu udah enakan?" tanya gadis itu.

"Udah, kok. Tenang aja. Gue, kan, kuat." Avraam tersenyum lagi. Saat melihat Greesa, entah kenapa dia sulit untuk tidak tersenyum. Ah, dia sudah benar-benar menjadi bucin.

"Oh, syukur kalau gitu." Greesa juga tersenyum. Jantungnya kini berdetak cepat. Benar-benar, deh. Greesa tidak mengerti apa yang sedang terjadi padanya.

Anissa tiba-tiba menyikut lengannya. "Aram, enggak ditawarin kue."

"Eh, iya." Greesa mengambil kotak berwarna toska, lalu membawanya ke hadapan Avraam. "Mau coba?" Dia menyodorkan kotak kecil itu.

Tanpa ragu-ragu Avraam mengambil kue berwarna coklat tua itu, lalu menggigitnya. "Makasih, Anya. Kuenya enak, manis. Tapi masih kalah manis sama yang ngasih."

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang