Halo, mohon maaf karena baru update.. semoga kalian masih nungguin cerita ini~
***
***
"Jadi, apa keputusan kamu?"
Laki-laki itu mengepalkan kedua tangannya yang berada di atas meja. Dia merasa tidak berdaya. Orang yang sedang tersenyum ke arahnya, jelas bukanlah tandingannya. Sekarang dia sudah bisa melihat hal itu dengan jelas.
"Memangnya, saya bisa nolak?" Menarik napas, lalu membuangnya, itulah yang Avraam lakukan, guna meredam emosinya. "Saya yakin, Anda punya banyak cara supaya saya tetep pergi."
"Ibu tau, kalau kamu itu cerdas." Senyum wanita itu melebar. "Jadi, jawaban kamu?"
"Anda sendiri tau jawaban saya apa."
"Tapi, Ibu ingin denger langsung pernyataan dari mulut kamu, Sayang."
Anak lain mungkin akan senang jika di panggil dengan sebutan 'sayang' oleh ibu kandungnya. Namun, yang dirasakan oleh Avraam adalah rasa muak. "Saya setuju pergi ke Singapura."
"Oke, sepakat." Wanita itu mengulurkan tangannya. Berniat untuk berjabat tangan dengan anak laki-lakinya.
"Tapi saya minta satu hal." Avraam mengabaikan uluran tangan Yunita, sehingga wanita itu harus menariknya lengannya kembali.
Namun, hal yang dilakukan oleh Avraam tidak membuat senyum yang ada di wajah wanita itu memudar. "Sebutin."
"Jangan ganggu orang-orang yang dekat dengan saya."
"Oke, deal."
Laki-laki itu menghentikan langkahnya. Sekarang dia sudah berada di depan ruangan kesiswaan. Sepanjang perjalanan, pikirannya memutar kejadian kemarin, saat dia bertemu dengan ibunya. Dia sudah memutuskan untuk menyerah, dan sekarang dia harus mempertanggungjawabkan pilihannya.
Walaupun, rasa enggak menyelimuti hatinya. Bahkan terbesit di pikirannya, untuk segera melarikan diri. Namun, tentu dia tidak akan melakukannya. Karena semua itu akan menjadi hal yang sia-sia dan hanya akan menambah masalah.
"Aram, Ibu kamu ada di dalam," ucap Ibu Suci, saat menyadari kalau Avraam bergeming sembari melihat pintu kesiswaan. "Dia udah jelasin maksud dan tujuannya. Kebetulan Kepala Sekolah masih di Dinas, jadi Ibu bawa dulu ke sini. Jujur aja, Ibu enggak mau masalah ini sampai ke beliau, sebelum Ibu tau masalah ini dengan jelas. Kamu beneran mau pindah?"
Laki-laki itu tersenyum tipis. "Iya, Bu."
"Kenapa, Aram? Selama ini kamu baik-baik aja di sekolah."
"Ada hal di luar kendali saya, Bu." Avraam mengarahkan matanya ke ujung sepatu tali yang ia kenakan. Selang beberapa detik, laki-laki itu mengangkat kepalanya dan menatap wali kelasnya. "Ayo masuk, Bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Avraam (END)
Teen FictionMoto hidupnya adalah main serius, belajar juga serius. Satu lagi, ngejar tuan putri juga serius. Bagi Avraam, Greesa Lavanya Adhitama adalah sosok tuan putri yang cantik dan baik hati. Sedangkan dirinya adalah seorang kesatria yang harus selalu ber...