53. Greesa Menghilang

1K 297 23
                                    

Halo, maaf baru bisa update lagi~

Semoga masih pada nungguin cerita ini~

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sekarang sudah hampir pukul lima sore. Avraam mengganti saluran televisi secara acak. Walaupun matanya terfokus pada benda persegi panjang yang terpasang di dinding, tetapi pikirannya melayang-layang. Dia masih memikirkan tuan putrinya.

Avraam belum sempat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Greesa. Pertanyaan itu terlalu sulit, bahkan menurutnya lebih sulit daripada soal-soal olimpiade yang pernah dia kerjakan. Beruntung, tuan putrinya tidak memaksanya menjawab. Setelahnya, Greesa kembali normal dan berkata kalau dia baik-baik saja. Walaupun sepertinya, gadis itu hanya berpura-pura.

Sampai sekarang, dia masih belum tau alasan tuan putrinya bertanya seperti itu. Sempat bertanya pada Anissa, siapa tau kekasihnya itu bercerita pada temannya itu. Namun, hasilnya juga nihil. Anissa hanya bilang kalau Greesa tiba-tiba meminta izin pulang lebih cepat, karena kurang enak badan. Dia ingin bertanya pada Bagas, namun takutnya malah dimarahi oleh kakak iparnya itu.

Avraam mengambil ponsel yang ada di meja, dia berniat mengirim pesan pada Greesa. Siapa tau kalau dia bertanya sekarang, kekasihnya itu mau menceritakan masalahnya. Seharusnya gadis itu sudah berada di rumah, karena dia berpamitan sekitar tiga jam yang lalu. Walau sekarang jadwal les, dengan kondisi Greesa saat ini, dia yakin kalau gadis itu tidak datang ke tempat les.

Avraam : Anya, aku telepon ya?

Laki-laki itu mengerutkan keningnya, saat melihat status pesannya belum terkirim. "Kok, enggak aktif?" Dia menghela napas, lalu menyimpan ponselnya lagi di nakas.

Mungkin tuan putrinya sedang beristirahat dan ponselnya kehabisan daya. Ya, sudahlah. Dia hanya akan bersabar, menunggu kekasihnya membalas pesanya.

Mata laki-laki itu beralih pada pintu, setelah mendengar suara pintu terbuka. Di sana ada Kelvin dan Ryan yang masih menggunakan seragam putih abu-abu.

"Ram bantuin gue dong." Kelvin berjalan mendekati ranjang, tempat di mana Avraam duduk. Sedangkan Ryan, mengambil tempat di sofa yang ada di seberang ranjang Avraam.

"Apaan?"

"Biasa." Kelvin membuka ransel hitam miliknya, lalu mengeluarkan sebuah buku tulis. "Bantuin PR Matematika, besok harus dikumpulin."

"Anjir, si Kelvin kurang ajar. Si Aram lagi sakit, malah disuruh ngerjain PR. Nyontek temen lo aja, sih!"

"Tau nih, nyusahin aja." Walau Avraam berkata begitu, dia tetap mengambil buku dari tangan Kelvin.

"Heh, dengerin gue! Punya temen pinter itu harus dimanfaatin." Kelvin kini berjalan menuju sofa yang diduduki Ryan. "Lagian, si Aram udah sehat gitu."

"Dasar bocah edan, kerjanya nyusahin orang aja." Ryan hanya menggelengkan kepalanya.

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang