48. Cerita Tentang Avraam

1K 271 29
                                    

Halo, terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam~

Jika suka, silakan Vote dan Komen~

...

"Harusnya aku pilih tempat yang ada private room-nya, maaf Kak Ran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Harusnya aku pilih tempat yang ada private room-nya, maaf Kak Ran." Gadis itu merasa tidak enak, karena membuat Rania harus menyewa satu pertiga area di kafe ini.

Rania menggeleng, lalu melepas masker dan kacamata hitamnya. "Enggak apa-apa, santai aja. BTW, aku panggilnya apa, nih? Kalau Anya, nanti dimarahin si Aram, lagi. Soalnya itu, kan, panggilan sayang buat kamu, katanya."

Greesa bisa merasakan pipinya panas. Apa mungkin, ini adalah alasan Avraam terlihat kesal saat Oniel memanggilnya dengan sebutan itu? Jadi dia melarang orang-orang memanggilnya seperti itu, karena laki-laki itu ingin panggilan 'Anya' hanya disebutkan olehnya?

"Aku biasanya dipanggil Eca, Kak."

"Oke ... Kamu enggak harus buru-buru pulang, kan?" Greesa menggeleng. "Ya udah pesen dulu."

Butuh sekitar sepuluh menit untuk menentukan pesanan mereka, Greesa memberikan beberapa rekomendasi menu yang menurutnya baik pada Rania.

"Jadi menurut kamu Aram itu gimana?" tanya Rania, saat mereka selesai memesan makanan.

Greesa yang tiba-tiba ditanya seperti itu merasa gugup. Kini, dia mengerti apa yang Avraam rasakan saat bertemu dengan keluarganya. "Dia baik."

Rania tertawa saat melihat gestur tubuh pacar adiknya. "Tenang aja, Eca. Enggak usah tegang, kita ngobrol santai."

Gadis itu tersenyum, lalu mengangguk. Sebenarnya rasa gugupnya masih belum hilang.

"Ternyata kamu emang cantik, ya. Pantes aja si Aram jadi bucin." Rania tertawa saat melihat gadis di depannya tersipu. "Tapi aku yakin, selain cantik, kamu juga baik. Aram itu belum pernah suka sama cewek, sebelumnya. Jadi aku yakin kamu pasti punya banyak kelebihan."

"Ma-makasih, Kak." Greesa tersenyum malu-malu. Dia tidak tau harus bersikap seperti apa, saat dipuji seperti ini.

Rania mengangguk lalu tersenyum. "Aku mau cerita tentang Aram, enggak apa-apa?"

Greesa menggangguk antusias. Dia memang belum banyak mengetahui cerita tentang Avraam, karena laki-laki itu jarang bercerita tentang kehidupan pribadinya, dan dia tidak berani bertanya.

"Jujur aja, keluarga kita berantakan. Aram dari SD udah tinggal berdua sama aku. Sebenernya aku malu nyeritainnya juga, tapi kamu harus tau, jadi kamu bisa nilai Aram dari sudut yang berbeda."

Rania menghela napas, lalu melanjutkan perkataannya.

"Aram dari kecil udah banyak di tuntut sama ayah dan ibu. Terutama dalam pelajaran, sebelum sekolah dia udah banyak ikut kursus. Setelah sekolah, apalagi. Dia punya waktu main cuman 3 jam sehari."

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang