28. Mendorongnya Menjauh

1.4K 350 53
                                    

Halo, terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam~

Jika suka, silakan Vote dan Komen~

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Malam ini turun hujan, walau tidak deras. Greesa menatap langit dari jendela kamarnya. Dia baru saja menyelesaikan PR dan mengerjakan latihan soal. Setiap malam, dia akan menghabiskan minimal dua jam untuk belajar. Sekarang baru awal Agustus, tetapi sudah mulai hujan. Memang, cuaca sekarang tidak bisa diprediksi.

Gadis itu meletakkan sikunya di atas meja, lalu menopang dagu menggunakan kedua telapak tangannya. Kenangan beberapa waktu lalu terlintas di pikirannya. Hari di mana Avraam mengantarnya pulang, dan memberikan jas hujan padanya. Padahal, jelas laki-laki itu lebih membutuhkannya.

Avraam begitu baik padanya. Entah sejak kapan laki-laki itu berubah menjadi seperti sekarang. Seingatnya dulu, Avraam itu sangat menyebalkan dan sering mengganggunya. Bahkan awal-awal kelas sebelas, laki-laki itu selalu memamerkan hasil ulangan padanya, lalu mengejeknya saat melihat ada jawaban yang salah.

Dia masih ingat kalimat yang selalu laki-laki itu ucapkan. "Masa soal kayak gini aja enggak bisa?" Setelah itu, dia memperlihatkan jawaban miliknya, lalu berkata lagi. "Kalau masih enggak ngerti, sini gue ajarin."

Kurang lebih seperti itulah Avraam saat kelas sebelas. Karena itu, Greesa sering bersikap ketus pada laki-laki itu. Dia tidak suka pada Avraam yang sombong. Selain itu, dia juga sempat merasa iri, karena dia sudah bekerja keras tetapi masih kalah dari Avraam. Padahal, dia sering melihat kalau laki-laki itu tidak serius belajar saat di kelas.

Gadis itu mengambil ponsel miliknya, sekarang sudah pukul sembilan lewat duabelas. Biasanya dia akan mulai berbaring di tempat tidur sekitar pukul setengah sepuluh atau pukul sepuluh. masih tersisa beberapa menit, gadis itu memutuskan untuk membuat susu hangat.

Greesa membereskan alat tulis yang sebelumnya dia pakai, setelah itu dia segera berdiri dan berjalan menuju pintu kamarnya. Namun, dia terkejut saat membuka pintu kamarnya.

"Fely? Kamu ngapain?" tanya saat melihat Felysia berdiri di depannya.

"Kak Eca ada waktu?" tanya gadis itu. Greesa mengangguk, lalu mempersilakan sepupunya itu untuk masuk ke kamarnya.

Setelah kejadian hari Sabtu lalu, dia dan sepupunya tidak banyak mengobrol. Salah satu alasannya adalah karena dia tidak tau harus berkata apa pada sepupunya ini. Dia sudah mencoba menghiburnya, dengan cara menganjaknya menonton film dan jalan-jalan ke luar, namun sepupunya itu menolak. Mungkin dia perlu waktu untuk menata hatinya.

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang