Halo terima kasih sudah mengikuti cerita ini~
Ini adalah chapter terakhir dari cerita Avraam~***
***
"Eca, enggak makan?" tanya Anissa yang duduk di sampingnya. Greesa hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. Di dalam situasi seperti ini, mana bisa dia makan dengan tenang. Dia sama sekali tidak berselera makan. Berita itu membuatnya sangat terkejut. Jadi, kini suasana hatinya sangat tidak baik
Tadi, dia belum sempat mengobrol dengan Avraam, mereka hanya berpapasan, karena laki-laki itu hendak ke ruangan Kepala Sekolah.
"Kamu harus makan, abis ini pelajaran Matematika. Kalau kamu enggak makan nanti lemes."
Greesa menggerakkan kepalanya agar menghadap ke teman yang duduk di sampingnya. "Nissa, kenapa Aram enggak bilang apa-apa sama aku? Kenapa dia enggak kasih tau aku, kalau dia mau pergi?" Perasaannya benar-benar sedih sekarang.
"Itu belum pasti, Ca. Kita tunggu dulu penjelasan dari Aram, ya. Sekarang kamu makan dulu." Anissa mengambil sendok dan garpu, lalu menyimpannya di kedua tangan sahabatnya itu. "Makan ya, Ca."
"Tapi kata Ibu Suci, Ibunya mau bawa dia ke Singapura, Nissa." Itu hal yang dikatakan Ibu Suci saat dia ingin menghampiri Avraam. Wali Kelasnya berkata seperti itu, lalu menyuruhnya menunggu di kelas.
"Itu Ibunya yang mau, bukan Aram. Percaya aja sama dia, ya." Hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang, menghibur temannya. Dia berharap, Avraam bisa mengatasi masalah ini.
Apa yang dikatakan Anissa ada benarnya. Itu bukan keinginan Avraam. Pasti ada alasan mengapa laki-laki itu tidak memberi tahu dirinya. Mungkin Avraam tidak ingin membuatnya khawatir. Ya, dia hanya harus percaya pada laki-laki itu. Namun, entah mengapa hatinya merasa tidak tenang.
Sekarang, jam istirahat tersisa sepuluh menit lagi. Dia harus segera menghabiskan bekal miliknya. Walaupun perasaannya tidak terlalu baik, dia tidak boleh melewatkan makan siangnya. Dia tidak boleh sakit, dan akhirnya malah merepotkan orang lain.
"Nah, gitu dong," ucap Anissa saat melihatnya mulai membuka kotak bekal yang ia bawa dari rumah. "Kita percaya aja sama si Aram," lanjutnya.
Greesa menarik sudut bibirnya. Dia merasa beruntung, memiliki Anissa sebagai sahabatnya. Meski pun, ucapan sahabatnya itu belum bisa membuat kekhawatirannya menghilang. Namun, dia tetap menghargai niat Anissa untuk menghiburnya, dan dia harus berterima kasih pada sahabatnya itu.
"Makasih, Nissa." Gadis itu hanya membalasnya dengan senyuman.
Hanya tersisa kurang dari dua menit lagi, saat Greesa menyelesaikan makan siangnya. Dia akui, kali ini waktu makannya lebih lama dari biasanya. Tanpa membuang waktu, gadis itu membereskan peralatan makan, lalu menyimpannya di dalam ransel miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avraam (END)
Teen FictionMoto hidupnya adalah main serius, belajar juga serius. Satu lagi, ngejar tuan putri juga serius. Bagi Avraam, Greesa Lavanya Adhitama adalah sosok tuan putri yang cantik dan baik hati. Sedangkan dirinya adalah seorang kesatria yang harus selalu ber...