Moto hidupnya adalah main serius, belajar juga serius. Satu lagi, ngejar tuan putri juga serius.
Bagi Avraam, Greesa Lavanya Adhitama adalah sosok tuan putri yang cantik dan baik hati. Sedangkan dirinya adalah seorang kesatria yang harus selalu ber...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Avraam melepas helm, lalu memberikannya pada driver ojek online yang mengantarnya kemari. Setelah mengucapkan terima kasih, laki-laki itu segera berjalan melewati gerbang.
Avraam mengambil ponsel dari saku celananya. Ada sebuah pesan masuk sekitar lima menit lalu, dari Vivi-asisten Rania.
Vivi : Siaga 1. Gue udah enggak bisa nahan Kak Ran. Dia lagi OTW ke TKP.
Avraam : Oke, thank you sister!
Perjalanan dari rumah sakit ke sini, membutuhkan kurang lebih duapuluh lima menit. Berarti waktu yang dimilikinya hanya duapuluh menit, sebelum kangjeng ratu datang menggerebeknya. Tetapi lima belas menit lagi, jam pelajaran akan dimulai, jadi dia harus menyelesaikan masalah ini kurang dari lima belas menit.
Laki-laki itu mempercepat langkah kakinya. Walau perutnya masih terasa tidak nyaman, dia menghiraukannya.
"Ram, lo kok, udah masuk?" tanya Yanuar saat Avraam hampir tiba di kelasnya. Beberapa teman-temannya yang berada di luar mulai mengerubungi dirinya. Sepertinya, mereka cukup penasaran dengan kejadian yang menimpanya.
"Hooh, katanya di rawat sampai lusa," sahut Raihan.
"Bentar, gue ada urusan. Nanti gue jelasin, ya."
Avraam bergegas masuk ke kelasnya. Dia langsung mencari keberadaan tuan putrinya, namun gadis itu ternyata belum datang.
"Lah, si Aram! Kita mau nengok, kok udah masuk aja," ucap Anissa saat Avraam sampai di bangku miliknya.
"Anya belum dateng?"
"Bentar lagi palingan."
"Tapi masuk, kan?"
Anissa mengangguk. "Udah gue tanya, tadi. Lo kenapa udah masuk?"
"Gue ada urusan sama Anya." Avraam membuka jaket miliknya, lalu menyimpannya di atas meja.
"Lo, kok enggak bawa tas?" Anissa meneliti penampilan Avraam. Baju yang digunakan laki-laki itu terlihat lebih besar dari biasanya, lalu saat melihat nametag yang tertempel di kemeja yang laki-laki itu gunakan, Anissa mengerutkan keningnya. "Kok, lo pake baju si Ryan sih?"
"Gue berangkat langsung dari rumah sakit." Lebih tepatnya kabur. Pagi tadi, dia meminta Ryan meminjamkan sepatu dan seragam untuknya dan membawanya ke rumah sakit sebelum dia berangkat sekolah.
Dia sudah merencanakan ini dari semalam. Dengan meminta bantuan Vivi, Ryan dan Kelvin. Kemarin malam, Rania tidak pulang ke rumah. Kakaknya itu bilang akan mengawasinya, karena takut kalau dia akan kabur. Tetapi tetap saja, dia lebih cerdik dari kakak perempuannya.