Halo, terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam~
Jika suka, silakan Vote dan Komen~
.
.
.
.
.
.
Hari ini adalah hari Sabtu. Avraam masih sedikit mengantuk, karena semalam dia hanya tidur beberapa jam saja. Salahkan Ryan yang berkata sembarangan, sehingga membuatnya terlalu senang. Sepanjang malam dia membayangkan kalau Greesa mengatakan suka padanya. Dia menjadi seperti orang bodoh.
Tetapi jika memang Greesa berniat menembaknya hari ini, tentu saja Avraam akan menggagalkan rencana itu. Karena dia adalah seorang gentleman. Hal seperti ini, tentu saja harus dilakukan olehnya.
Kemarin, dia sudah menyiapkan rencana. Dibantu oleh Kelvin dan Ryan. Sekarang yang harus dia lakukan adalah berdandan yang tampan. Sehingga nantinya Greesa terpesona padanya.
Dia sudah mandi, tetapi masih belum memutuskan menggunakan pakaian yang mana. Sekarang dia hanya memakai kaus putih polos dan celana boxer berwarna hitam. Laki-laki itu berniat meminta saran pada Ryan. Tetapi temannya itu belum datang sampai sekarang, padahal sudah hampir pukul sembilan.
Avraam mengambil ponsel yang sebelumnya dia simpan di meja belajar. Dia mencari kontak temannya itu, lalu melakukan panggilan.
"Di mana?" tanya Avraam saat telepon sudah tersambung.
"Lagi naik tangga, susah gue naiknya," jawab Ryan.
"Ya udah, pelan-pelan aja." Avraam menutup sambungan telepon. Ryan pasti datang bersama Kelvin, karena dia yang memintanya begitu. Kondisi kaki Ryan masih belum sembuh, sehingga temannya itu belum bisa mengendarai motor sendiri.
"Yang mana, ya." Laki-laki itu berjalan ke depan lemari yang terbuka. Untung saja, saat kakaknya di rumah, pakaian kotor miliknya dikirim ke laundry, dan beberapa hari lalu selesai dicuci, jadi dia memiliki banyak pilihan.
"Ram," panggil Kelvin. "Pokoknya hari ini harus berhasil. Gue udah bela-belain bangun pagi-pagi, demi lo!" Laki-laki itu menguap, dia hanya tidur selama tiga jam, karena sebelumnya dia bermain ke warnet sampai subuh.
"Iya, Vin. Tenang, lo minta apa aja, nanti gue kasih." Kelvin hendak berbicara, namun Avraam lebih dahulu menghentikannya. "Asal ngotak," lanjut laki-laki itu.
"Iya, iya ... gue mikir dulu." Laki-laki itu kini membaringkan tubuhnya di atas kasur Avraam. "Kembangnya gue taro di meja deket TV."
"Jangan bilang kembang, nanti dikira buat pesugihan, lagi!" protes Ryan. Sebelum ke sini mereka mampir terlebih dahulu ke toko bunga dan membeli satu buket bunga mawar merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avraam (END)
Teen FictionMoto hidupnya adalah main serius, belajar juga serius. Satu lagi, ngejar tuan putri juga serius. Bagi Avraam, Greesa Lavanya Adhitama adalah sosok tuan putri yang cantik dan baik hati. Sedangkan dirinya adalah seorang kesatria yang harus selalu ber...