02. Umang-umang Si Pengganggu

5K 1K 592
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Bel pulang sudah berbunyi dari dua puluh menit yang lalu, di ruangan kelas juga hanya tersisa lima orang yang sedang membersihkan kelas, di tambah Greesa, dan dua orang yang sedang mengobrol di sudut ruangan. Orang itu adalah Avraam dan murid dari kelas XII IPS 3, Kelvin.

Greesa memang sering pulang paling terakhir, karena dia harus memastikan kelas sudah selesai di bersihkan dan dirapikan oleh teman-temannya. Biasanya dia bergantian dengan Bima, Nesya-sekretaris kelas- dan Agni-bendahara kelas.

Dia melihat teman-temannya sudah beres melaksanakan tugas masing-masing, dan sekarang mereka sedang menyimpan peralatan kebersihan di lemari.

Vanesha dan Zetta menghampirinya. "Yuk, Ca, berangkat," ajak Zetta.

Greesa mengangguk. Hari ini mereka akan pergi ke tempat les bersama-sama. "Naik angkot aja, ya?"

"Kita duluan ya." Tiga orang teman Greesa yang piket hari ini melambai ke arah mereka. Greesa mengangguk dan melambaikan tangan kepada teman-temannya itu.

"Anya." Avraam tiba-tiba ikut bergabung bersama Greesa dan kedua teman perempuannya. Laki-laki itu merangkul Greesa. "Mau les, kan? Bareng, kuy."

"Kenapa aku harus bareng sama kamu?" Greesa melepaskan rangkulan Avraam. Entah kenapa, semakin hari tingkah Avraam semakin menjadi-jadi. Sering sekali mengganggunya.

"Tuan Putri yang cantik itu harus dijagain sama kesatria pemberani yang hebat dan ganteng, kayak gue." Avraam memberi kode pada Vanesha dan Zetta lewat matanya, dia meminta kedua temannya itu untuk membantunya.

"Apaan sih, kamu norak banget, Ram." Greesa menarik lengan Vanesha dan Zetta. "Ayo pergi."

"Eh, Eca, bentar." Vanesha melepaskan tangan Greesa yang memegang lengannya. "Aku baru inget, mau ke ruang guru dulu. Kamu duluan aja, ya. Nanti kita ketemu di tempat les."

"Eh, kenapa?" tanya Greesa.

"Enggak apa-apa, bukan masalah penting." Vanesha menarik lengan Zetta. "Ayo, Ta. Anterin."

"Gue juga cabut ya, Ram." Kelvin meninju bahu Avraam pelan. "Dadah Tuan Putri."

Greesa menghela napas. Semenjak Avraam memanggilnya tuan putri, teman-teman yang dekat dengan Avraam terkadang ikut memanggilnya dengan sebutan itu. Menyebalkan sekali.

Kini, Kelvin, Zetta dan Vanehsa sudah keluar dari ruang kelas. Hanya menyisakan mereka berdua.

"Ini pasti gara-gara kamu, kan!"

"Hah? Apaan?" Avraam berpura-pura bingung. "Kok jadi gara-gara gue?"

Greesa tidak menjawab. Dia berjalan mendahului Avraam. Berbicara dengan laki-laki itu hanya akan membuatnya kesal.

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang