57. Meminta Restu

1K 316 43
                                    

Halo, terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam.

Jika berkenan, silakan Vote, Komen dan Share.

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Situasi yang pernah Avraam rasakan saat pertama kali bertemu dengan Haris. Namun, sekarang tentu saja tekanannya lebih besar, daripada saat itu. Laki-laki itu duduk dengan gelisah, sembari beberapa kali mencoba menyusun kalimat yang akan dia ucapkan nanti, saat ayah mertuanya sudah kembali ke sini.

Sudah hampir lima menit Haris meninggalkannya di ruang tamu. Sebelumnya, Haris berkata kalau dia ingin mengganti bajunya. Entah habis dari mana ayah mertuanya itu dengan pakaian rapi dan lengkap dengan jas dan dasinya. Avraam tidak bertanya, karena tidak berani.

Laki-laki itu menarik napas beberapa kali, guna menenangkan diri. Rumah ini sepi sekali, entah ada orangnya atau tidak. Dia juga tidak tau keberadaan tuan putrinya sekarang, karena hari ini mereka belum berkomunikasi. Dia datang ke sini, tanpa memberitahu tuan putrinya, karena takut membebaninya. Masalah seperti ini, memang harus dia sendiri yang menyelesaikannya.

Avraam refleks berdiri, saat melihat Haris sudah kembali. Penampilanya kini lebih santai, dengan mengenakan kaus polo putih dan celana kain berwarna hitam.

"Duduk aja," ucap Haris.

"Iya, Om." Avraam kembali duduk. "Oh iya, ini ada buah-buahan sama kue kering." Tangannya sedikit mendorong bingkisan yang sebelumnya dia simpan di meja.

"Dalam rangka apa?" tanya Haris.

"Ah, itu ...." Avraam kehilangan kata-katanya. Ayah mertuanya sangat berbeda, sekarang. Dia tidak mengharapkan sambutan yang hangat, tetapi dia tidak mengira kalau Haris akan bersikap sangat dingin padanya. "Saya, cuman mau minta maaf, Om. Saya enggak langsung cerita."

Haris terdiam sejenak. "Oh, jadi Eca udah kasih tau kamu?"

Avraam mengangguk, tetapi kemudian menggeleng cepat. "Awalnya saya tau dari Kakak saya."

"Baguslah kalau kamu udah tau." Haris melipat kedua tangannya di depan dada. "Terus terang aja, sejak Om tau kalau kamu ikut-ikutan geng motor, Om langsung enggak suka sama kamu."

Avraam menjilat bibir bagian bawahnya, dia tidak menanggapi, karena tidak tau harus berkata apa. Dia tidak bisa menyalahkan Haris, karena tidak suka dia ikut-ikutan geng motor. Namun, dia juga tidak bisa keluar begitu saja, demi mendapat restunya. Greesa memang sangat penting untuknya, tetapi Onyx juga tidak kalah penting.

"Aram, Om tau kalau kamu sayang sama Eca. Om juga bisa liat kalau Eca sayang juga sama kamu. Tapi, kamu sendiri tau, gimana bahayanya anak-anak geng motor. Om cuman enggak mau Eca ikut terlibat sama masalah kamu."

Avraam mengerti ke khawatiran Haris, apalagi setelah insiden penusukan yang menimpanya. Haris pasti mengkhawatirkan keselamatan putrinya. Tetapi, tanpa diminta sekali pun, dia pasti tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Greesa. "Saya bakalan jagain Eca, Om. Saya janji."

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang