29. Mungkin, Saatnya Untuk Menyerah

1.4K 354 90
                                    

Halo, terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam~

Jika suka, silakan Vote dan Komen~

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Greesa baru saja selesai membasuh wajahnya. Gadis itu melihat pantulan wajahnya di cermin. Matanya masih merah dan sedikit bengkak. Dia tidak bisa ke kelas dengan kondisi seperti ini, tetapi sebentar lagi jam istirahat berakhir. Jadi mau tak mau dia harus segera kembali ke kelas.

Gadis itu menyeka air yang mengalir di ujung dagu dengan punggung tangannya. Kemudian dia mengambil tisu di rak yang menempel ke dinding. Gadis itu mengelap wajahnya.

Ada beberapa orang yang sedari tadi melirik ke arahnya, wajahnya memang terlihat habis menangis, dan itu mengundang rasa ingin tau orang-orang di sekitarnya. Tetapi untungnya dari tadi dia belum bertemu dengan orang yang kenal dengannya, jadi tidak ada yang bertanya. Jujur saja, dia masih belum bisa menceritakan masalahnya pada siapa pun.

Setelah membuang tisu ke tempat sampah, dia mengambil tas hitam yang berisi boneka pemberian Avraam. Lalu gadis itu segera keluar dari toilet dan berjalan menuju kelasnya.

"Anya." Greesa yang sedang berjalan di lorong yang menuju ke kelasnya segera melihat orang yang kini berjalan di sampingnya. "Dari mana?" tanya laki-laki itu.

"Dari toilet," jawabnya. Greesa kini memfokuskan kembali pandangannya ke depan.

"Bentar." Laki-laki itu mengambil langkah besar, dan kini dia memblokir langkah Greesa. "Kamu abis nangis?" tanyanya.

"Aku enggak apa-apa, Oniel." Greesa tersenyum tipis. Dia kemudian berjalan ke samping, berusaha melewati Oniel. Namun, hal itu sia-sia. Oniel masih memblokir langkahnya.

"Siapa yang bikin kamu nangis?" Oniel mengerutkan keningnya. Dia ingin tau siapa orang yang berani membuat Greesa menangis. Dia harus memberi pelajaran pada orang itu.

Walaupun mereka baru mengenal, tetapi Oniel sangat tertarik pada Greesa. Selain cantik, gadis itu sangat baik. Saat pertama kali melihatnya, dia merasa kalau Greesa berbeda dengan gadis lainnya. Entah apa alasannya, mungkin ini yang disebut jatuh hati pada pandangan pertama. Mungkin saja.

"Aku enggak apa-apa, kok." Gadis itu tersenyum lagi. "Ke kelas, yuk! Nanti keburu bel," lanjutnya.

Oniel memilih mengalah, dia tau kalau Greesa tidak ingin membahas masalah itu sekarang. Dia harus bersabar. "Ya udah." Laki-laki itu membiarkan Greesa berjalan melewatinya, lalu dia segera menyusul gadis itu.

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang