50. Kerusuhan di Rumah Sakit

1K 281 19
                                    

Halo, mohon maaf baru bisa update. Beberapa hari lalu laptop saya kena Scam, jadi harus diinstall ulang.

Semoga masih pada nungguin kelanjutan cerita ini~

Jika suka, silakan Vote dan komen~

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Aroma khas rumah sakit memenuhi indra penciuman Rania. Setelah mendapat telepon dan Ryan, gadis itu buru-buru datang kemari. Besok dia harus kembali ke lokasi syuting, sehingga saat di telepon gadis itu sedang membereskan barang-barangnya.

Tetapi, setelah adiknya tertimpa masalah seperti ini, jelas dia tidak akan kembali ke lokasi syuting dalam waktu dekat. Dia harus menemani adiknya, sampai laki-laki itu pulih.

Sudah lebih dari dua jam Avraam berada di ruangan yang tidak boleh ia masuki. Adiknya sedang melakukan operasi, karena sebuah belati menancap di perutnya. Rania mengusap wajahnya, sekitar setengah jam yang lalu dia berhenti menangis, setelah ditenangkan oleh kakak dari pacar adiknya.

Selain Rania, ada Kelvin, Ryan, Novan juga Deri yang lebih dulu datang kemari. Kemudia Greesa dan Bagas datang menyusul. Kondisi mereka tidak jauh berbeda dengannya, mereka sangat cemas menunggu kabar dari dokter yang tidak kunjung ke luar.

Rania mengamati Greesa, yang sedang duduk di kursi panjang tak jauh dari tempatnya berdiri. Saat datang kemari, gadis itu juga menangis.

"Minum dulu." Rania menoleh, lalu mengarahkan tatapannya ke sebuah cup yang sedang dibawa oleh Bagas. "Tenang aja, Aram enggak akan kenapa-kenapa."

Rania mengambil cup tersebut, lalu membuka tutupnya, isinya adalah coklat panas. "Makasih." Bagas hanya mengangguk, lalu berjalan menuju adiknya.

"Bang, buat kita enggak ada?" tanya Kelvin saat Bagas hanya memberikan minuman pada Greesa dan Rania saja. "Masa beliinnya cuman buat Greesa sama Kak Ran doang."

Bagas mengeluarkan dompet coklat tua miliknya, lalu mengambil satu dua lembar uang berwarna biru. "Beli sendiri, jangan manja." Laki-laki itu memberikan uang tersebut pada Kelvin. "Sekalian buat yang lain."

"Yan, lo aja yang beli, gue mager." Kelvin menyikut Ryan memberi kode untuk mengambil uang yang diserahkan Bagas.

"Ogah, lo yang pengen. Malah nyuruh gue."

"Kalau enggak mau, gue masukin dompet lagi, nih!" ucap Bagas, laki-laki itu menarik uluran tangannya. Namun, Kelvin buru-buru berdiri dan mengambilnya.

"Makasih, Bang." Kelvin terkekeh. Laki-laki itu kemudian menarik lengan Ryan. "Temenin, buruan!"

Ryan melepaskan lengan Kelvin. "Kok, lo enggak khawatir sama kondisi Aram?"

Kelvin menghela napas. "Si Aram enggak akan mati, yang ketusuk perut, bukan jantung. Kalem aja!"

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang