***
Laki-laki itu mencengkeram erat ponsel yang ada di tangannya. Sialan! Kenapa berita sampah seperti ini bisa muncul di internet? Bukan hanya satu atau dua saja, melainkan sebagian besar artikel yang muncul di halaman pertama mesin pencarian, merilis berita-berita tersebut. Kini dia tau alasan mood kakaknya buruk.
"Aram, kenapa?" Gadis yang duduk di sampingnya, menggenggam lengan kanan Avraam.
Avraam tersenyum, lalu menaruh tangannya yang lain, di atas tangan kekasihnya. "Ada gosip tentang Kak Ran."
"Ya udah, kamu temuin dulu Kak Ran."
Laki-laki itu mengangguk. "Tadi aku di anter Kak Ran ke sini. Aku susulin dulu, ya. Tolong bilangin ke Om Haris, aku minta maaf karena enggak pamit." Greesa mengangguk. "Kamu enggak usah anter ke depan."
"Iya, Aram. Hati-hati ya."
Avraam mengangkat lengannya, lalu mengelus rambut milik tuan putrinya. "Nanti aku telepon, ya."
Setelah mendapat respons berupa anggukan kepala, Avraam segera berdiri dan berjalan menuju pintu keluar. Setelah sampai di daun pintu, laki-laki itu berbalik dan melambaikan tangannya.
"Dah, Anya," ucapnya sembari melambaikan tangan.
Greesa mengikuti apa yang dilakukan Avraam. "Hati-hati."
Laki-laki itu mengangguk, lalu bergegas mencari kakaknya. Lengan kanannya menekan speed dial, dia menunggu beberapa detik. Benar saja apa yang dikatakan Vivi, ponsel kakaknya tidak aktif, karena panggilannya tidak terhubung, hanya berisi suara dari operator.
Dia sedikit khawatir, walau dia yakin kakaknya tidak mungkin berbuat nekad. Hanya saja, kakaknya pasti merasa kacau. Karena selama ini, dia tidak pernah mendapat berita negatif seperti ini. Kakaknya selalu menjaga reputasinya tetap baik.
"Loh, Kak Ran?" Avraam terkejut, saat keluar gerbang, ternyata kakaknya menunggu di depan rumah kekasihnya.
Rania membalikkan badannya. "Gimana? Udah berhasil?"
Dia hanya mengangguk. Ekspresi kakaknya terlihat normal-normal saja. "Kak Ran, enggak kenapa-kenapa, kan?" tanyanya.
Rania mengerutkan keningnya. "Enggak, emang kenapa?"
Apa kakaknya belum tau masalah di internet? "Tadi Kak Vi nanyain kakak."
"Oh, masalah itu ...." Ada jeda beberapa detik. "Kamu enggak usah khawatir. Gosip kayak enggak akan lama ... BTW, HP kakak mati. Makannya jadi nunggu di sini juga."
Avraam hanya mengangguk saja. Sekarang dia sudah bisa bernapas lega, karena mengetahui kalau kakaknya baik-baik saja. "Ya udah, pulang, yuk."
"Pulang aja, yakin? Enggak mau kangen-kangenan sama tuan putri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Avraam (END)
Teen FictionMoto hidupnya adalah main serius, belajar juga serius. Satu lagi, ngejar tuan putri juga serius. Bagi Avraam, Greesa Lavanya Adhitama adalah sosok tuan putri yang cantik dan baik hati. Sedangkan dirinya adalah seorang kesatria yang harus selalu ber...