Halo, terima kasih sudah membaca cerita Avraam~
Jika suka, silakan Vote dan Komen~
.
.
.
.
.
.
Hari ini hari Sabtu, matahari sudah terbit sejak beberapa jam yang lalu. Mungkin sudah sekitar empat jam. Setelah melakukan rutinitas pagi, seperti beribadah, mandi dan sarapan, Avraam kembali berbaring di kasurnya. Pokoknya hari ini dia tidak ingin melakukan apa pun.
Akhir-akhir ini perasaannya tidak baik, dia sangat galau. Apalagi setelah tau kalau Greesa menangis, dua hari lalu. Dia tidaklah bodoh, dia tau dialah orang yang menyebabkan gadis itu menangis.
Tetapi apa yang salah dari sikapnya, sehingga membuat gadis itu menangis? Apa karena dia menyuruh gadis itu membuang boneka pemberiannya? Bukankah, dia tidak menginginkannya? Jadi apa salah kalau dia menyuruh gadis itu membuangnya?
Dia tidak mungkin, kan, menyimpan boneka-boneka itu. Bagaimana pun juga dia seorang laki-laki. Dia juga tidak bisa memberikannya pada kakak perempuannya, Rania tidak terlalu suka boneka.
Memang sih, saat itu dia sedikit keterlaluan karena membuang boneka itu ke lantai. Tetapi dia melakukan itu karena merasa kecewa. Wajar bukan, jika dia marah saat seseorang mengembalikan barang yang sudah diberikan?
Di sini dia seharusnya masih marah dan kecewa pada gadis itu, tetapi sekarang perasaan bersalah karena sudah membuat Greesa menangis, lebih dominan.
Laki-laki itu mengacak rambutnya, dia semakin kesal saat sadar kalau rambutnya tidak sepanjang dulu. Kenapa perempuan itu rumit sekali, sih? Lebih baik dia mengerjakan soal Matematika, daripada harus menebak-nebak isi kepala mereka.
Bunyi notifikasi membuat laki-laki itu mencari-cari ponsel miliknya. Dia ingin membuat ponselnya dalam mode bisu. Setelah dia menemukan benda persegi itu, dia langsung menyetel mode bisu. Tetapi sebelum menyimpan kembali ponselnya, Avraam membuka aplikasi chatting miliknya.
Notifikasi tadi berasal dari Yanuar, yang mengajak dirinya bermain game. Avraam tidak ada dalam mood bermain game, jadi dia menolak ajakan itu.
Saat laki-laki itu hendak mengunci ponselnya, dia tidak sengaja menekan notifikasi yang muncul dari atas layar ponselnya. Itu adalah pesan dari Felysia.
"Aduh kampret," umpatnya. Selama ini dia tidak pernah membuka pesan dari gadis itu. Karena dia terlalu malas meladeninya. Sekarang pesannya sudah terbuka, jadi mau tak mau dia harus membalasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avraam (END)
Ficção AdolescenteMoto hidupnya adalah main serius, belajar juga serius. Satu lagi, ngejar tuan putri juga serius. Bagi Avraam, Greesa Lavanya Adhitama adalah sosok tuan putri yang cantik dan baik hati. Sedangkan dirinya adalah seorang kesatria yang harus selalu ber...